Jumat, 04 November 2016

Aliran Lain Filsafat Manusia




Di samping kedua aliran yang telah saya tulis di artikel sebelumnya, terdapat beberapa aliran lain di dalam filsafat manusia, seperti dualisme, vitalisme eksistensialisme, dan strukturalisme. Aliran-aliran tersebut bisa dikatakan merupakan reaksi atas materialisme dan idealisme.


1. Dualisme
Menurut aliran dualisme, kenyataan sejati pada dasarnya adalah baik bersifat fisik maupun spiritual. Semua hal dan kejadian di alam semesta ini, apakah itu pergerakan bintang-gemintang di angkasa raya maupun perilaku dan berbagai kejadian dalam sejarah umat manusia, pada dasarnya tidak bisa diasalkan hanya pada satu substansi atau esensi saja. Tidak betul kalau dikatakan bahwa esensi kenyataan adalah sesuatu yang bersifat fisik material, karena banyak kejadian di dunia ini yang tidak bisa dijelaskan berdasarkan pada gejala-gejala yangbisa diukur oleh ilmu-ilmu alam atau diamati oleh pancaindera. Tidak betul juga jika dikatakan bahwa esensi kenyataan adalah roh atau jiwa, karena siapapun tidak bisa menyangkal keberadaan dan kekuatan yang nyata dari materi. Yang betul adalah bahwa kenyataan sejati merupakan perpaduan antara materi dan roh.

2. Vitalisme
Vitalisme adalah paham di dalam filsafat yang beranggapan bahwa kenyataan sejati pada dasarnya adalah energi, daya, kekuatan, atau nafsu yang bersifat irrasional atau tidak-rasional. Dengan memberi tekanan pada kenyataan yang tidak-rasional, maka vitalisme berbeda dari idealisme dan sekaligus juga dari materialisme. Idealisme memandang kenyataan bersifat spiritual dan rasional, dan materialisme memandang kenyataan bersifat fisik. Vitalisme percaya bahwa kenytaan sejati pada dasarnya adalah berupa energi-energi, daya-daya, atau kekuatan-kekuatan non-fsisik yang tidak rasional dan liar. 

3. Eksistensialisme
Berbeda dari aliran-aliran filsafat sebagaimana yang telah disebut di atas, eksistensialisme tidak membahas esensi amnesia secara abstrak, melainkan secara spesifik meneliti kenyataan kongkret manusia sebagaimana manusia itu sendiri berada dalam dunianya. Eksistensialisme tidak mencari esensi atau substansi yang ada di balik penampakan manusia, melainkan hendak mengungkap eksistensi manusia sebagaimana yang dialami oleh manusia itu sendiri. Esensi atau substansi mengacu pada sesuatu yang umum, abstrak, statis, sehingga menafikan sesuatu yang kongkret, individual, dan dinamis. Sebaliknya, eksistensi justru mengacu pada sesuatu yang kongkret, individual, dan dinamis.

4. Strukturalisme
Secara sederhana strukturalisme dapat diartikan sebagai aliran dalam filsafat manusia yang menempatkan struktur (atau;sistem) bahasa dan budaya sebagai kekuatan-kekuatan yang menentukan perilaku dan bahkan kesadaran manusia. Sangat berbeda dari pandangan eksistensialisme, para strukturalis meyakini bahwa manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang tidak bebas, yang terstruktur oleh sistem bahasa dan budayanya. Maka aliran ini secara tegas menolak humanism, menolak pandangan tentang kebebasan dan keluhuran (keagungan) manusia.

5. Posmodernisme
Filsafat posmodernisme tentang manusia sebetulnya hamper sama dengan filsafat strukturalisme. Kedua aliran ini boleh disebut anti-humanisme, jika humanisme dipahami sebagai pengakuan atas keberadaan dan dominasi “aku” yang terlepas atau independen dari sistem atau situasi dan kondisi yang mengitari hidupnya. Faktanya tidak ada dan tidak mungkin ada “aku” atau “ego” yang unik dan mandiri, karena ia selalu hidup di dalam, dan ditentukan oleh, sejarah dan situasi sosial budaya yang mengungkungnya.

Sumber: Abidin, Zainal. 2006. Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar