Di
samping kedua aliran yang telah saya tulis di artikel sebelumnya, terdapat
beberapa aliran lain di dalam filsafat manusia, seperti dualisme, vitalisme
eksistensialisme, dan strukturalisme. Aliran-aliran tersebut bisa dikatakan
merupakan reaksi atas materialisme dan idealisme.
1. Dualisme
Menurut
aliran dualisme, kenyataan sejati pada dasarnya adalah baik bersifat fisik
maupun spiritual. Semua hal dan kejadian di alam semesta ini, apakah itu
pergerakan bintang-gemintang di angkasa raya maupun perilaku dan berbagai
kejadian dalam sejarah umat manusia, pada dasarnya tidak bisa diasalkan hanya
pada satu substansi atau esensi saja. Tidak betul kalau dikatakan bahwa esensi
kenyataan adalah sesuatu yang bersifat fisik material, karena banyak kejadian
di dunia ini yang tidak bisa dijelaskan berdasarkan pada gejala-gejala yangbisa
diukur oleh ilmu-ilmu alam atau diamati oleh pancaindera. Tidak betul juga jika
dikatakan bahwa esensi kenyataan adalah roh atau jiwa, karena siapapun tidak
bisa menyangkal keberadaan dan kekuatan yang nyata dari materi. Yang betul
adalah bahwa kenyataan sejati merupakan perpaduan antara materi dan roh.
2. Vitalisme
Vitalisme
adalah paham di dalam filsafat yang beranggapan bahwa kenyataan sejati pada
dasarnya adalah energi, daya, kekuatan, atau nafsu yang bersifat irrasional
atau tidak-rasional. Dengan memberi tekanan pada kenyataan yang tidak-rasional,
maka vitalisme berbeda dari idealisme dan sekaligus juga dari materialisme.
Idealisme memandang kenyataan bersifat spiritual dan rasional, dan materialisme
memandang kenyataan bersifat fisik. Vitalisme percaya bahwa kenytaan sejati
pada dasarnya adalah berupa energi-energi, daya-daya, atau kekuatan-kekuatan
non-fsisik yang tidak rasional dan liar.
3. Eksistensialisme
3. Eksistensialisme
Berbeda
dari aliran-aliran filsafat sebagaimana yang telah disebut di atas,
eksistensialisme tidak membahas esensi amnesia secara abstrak, melainkan secara
spesifik meneliti kenyataan kongkret manusia sebagaimana manusia itu sendiri
berada dalam dunianya. Eksistensialisme tidak mencari esensi atau substansi
yang ada di balik penampakan manusia, melainkan hendak mengungkap eksistensi
manusia sebagaimana yang dialami oleh manusia itu sendiri. Esensi atau
substansi mengacu pada sesuatu yang umum, abstrak, statis, sehingga menafikan
sesuatu yang kongkret, individual, dan dinamis. Sebaliknya, eksistensi justru
mengacu pada sesuatu yang kongkret, individual, dan dinamis.
4. Strukturalisme
4. Strukturalisme
Secara
sederhana strukturalisme dapat diartikan sebagai aliran dalam filsafat manusia
yang menempatkan struktur (atau;sistem) bahasa dan budaya sebagai
kekuatan-kekuatan yang menentukan perilaku dan bahkan kesadaran manusia. Sangat
berbeda dari pandangan eksistensialisme, para strukturalis meyakini bahwa
manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang tidak bebas, yang terstruktur oleh
sistem bahasa dan budayanya. Maka aliran ini secara tegas menolak humanism,
menolak pandangan tentang kebebasan dan keluhuran (keagungan) manusia.
5. Posmodernisme
Filsafat
posmodernisme tentang manusia sebetulnya hamper sama dengan filsafat
strukturalisme. Kedua aliran ini boleh disebut anti-humanisme, jika humanisme
dipahami sebagai pengakuan atas keberadaan dan dominasi “aku” yang terlepas
atau independen dari sistem atau situasi dan kondisi yang mengitari hidupnya.
Faktanya tidak ada dan tidak mungkin ada “aku” atau “ego” yang unik dan
mandiri, karena ia selalu hidup di dalam, dan ditentukan oleh, sejarah dan
situasi sosial budaya yang mengungkungnya.
Sumber: Abidin, Zainal. 2006. Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar