Apa
yang telah dikatakan oleh para filsuf hingga kini tentang manusia tidakklah
tanpa menimbulkan keragu-raguan. Mereka memang telah menyajikan pelbagai
konsepsi tentang manusia yang tampaknya saling bertentangan. Bagi Plato dan Plotinos, misalnya manuisa itu adalah suatu makhluk ilahi. Bagi Epikuros dan Lukretius, sebaliknya, manusia adalah suatu makhluk yang berumur
pendek, lahir karena kebetulan dan akhirnya sama sekali lenyap. Menurut Descartes, kebebasan manusia mirip
dengan kebebasan Tuhan, padahal Voltaire
yakin bahwa manusia itu tidak berbeda dengan esensial dengan binatang-binatang
yang paling tinggi. Hobbes, yang
memang hidup dalam pergolakan zaman, berpendapat bahwa manusia itu dalam daya
geraknya bersifat agresif dan jahat, sedangkan Rousseau menganggapnya sebagai baik dalam kodratnya.
Bukan saja para filsuf yang saling
bertentangan pandangan perihal manusia, malahan mereka itu telah melakukan
banyak kesalahan yang mengecewakan. Plato
menganggapnya sudah hidup lebih dulu dalam suatu dunia abadi diawang-awang
sebelum “jatuh” ke dalam suatu badan yang membredelnya. Adapun Descartes menggambarkannya sebagai
terbentuk dari bahan dan jiwa sebagai dua “substansi” yang lengkap
masing-masing. Beberapa filsuf lain menganggap manusia itu tidak mempunyai
kebebasan. Dengan melihat semua fakta itu, dapatkah kita mendengarkan dengan
kepercayaan apa yang dikatakan para filsuf kepada kita tentang sifat dasar
manusia?
Salah satu tugas filsafat adalah
membuat pertentangan-pertentangan ini bisa bermanfaat, asalkan saja orang mampu
mengatasinya dan menemukan titik-titik pandangan yang mendamaikannya.
Sumber : Abidin, Zainal. 2006. Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya).
Sumber : Abidin, Zainal. 2006. Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar