Filsafat
manusia jelasnya adalah bagian filsafat yang mengupas apa arti manusia sendiri.
Ia mencoba mengucapkan sebaik mungkin apakah sebenarnya makhluk itu disebut
“manusia”?
Istilah “filsafat manusia” atau
“antropologi filosofis” (anthropos dalam
bahasa Yunani berarti manusia) tampak lebih eksak karena apa yang dipelajari
dengannya adalah manusia sepenuhnya, roh, serta badannya, jiwa serta dagingnya.
Alasan yang membawa kita untuk
mempelajari filsafat manusia yaitu manusia adalah makhluk yang memiliki
kemampuan dan kewajiban (sampai batas tertentu) untuk menyelidiki arti yang
dalam dari “yang ada”. Ia memikirkan dan bertanya tentang segala hal. Maka,
tidak heran bahwa ia cenderung secara spontan untuk bertanya: apakah artinya
menjadi manusia? Kerap kali, sejak usia remaja, manusia merasa dalam dirinya
sendiri yang paling pribadi suatu dorongan yang menurut Sokrates, telah
didengarnya di bawah langit Delphi: “Kenalilah dirimu sendiri!”
Lagi pula, tiap orang bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri. Meskipun ia tidak perlu mengenal dan mengerti
segala hal, setidak-tidaknya ia harus mengenal dan mengeti dirinya sendiri
secara cukup mendalam untuk dapat mengatur sikapnya dalam hidup ini. Tetapi,
untuk dapat mengerti diri, untuk membedakan apa yang baik atau buruk baginya,
ia harus sudah memperoleh pandangan yang cukup tepat tentang apa hakikat kodrat
manusia itu.
Sumber : Abidin, Zainal. 2006. Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya).
Sumber : Abidin, Zainal. 2006. Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar