Semut
adalah salah satu jenis binatang yang namanya Allah sebutkan dalam al-Qur’an.
Bahkan, salah satu nama surat dari seratus empat belas surat, diberi nama surat
semut (an-Naml), surat yang ke-27 dalam urutan mushhaf. Begitu agungnya seekor
semut, walaupun hanya dalam dua ayat disebutkan Allah, namanya dicatat sebagai
nama sebuah surat.
Tanpa
bermaksud merendahkan manusia apalagi nabi Allah yang sangat mulia, coba lihat
misalnya cerita Musa as. di dalam al-Qur’an, atau cerita Adam as. Alangkah
banyaknya cerita Musa, atau Adam disebutkan di dalam al-Qur’an, namun tidak
satupun surat diberi nama dengan nama surat Musa atau surat Adam. Sementara
semut, hanya pada dua ayat saja disebutkan ceritanya, langsung ditetapkan
namanya sebagai nama surat. Cerita tentang binatang ini, Allah swt. sebutkan dalam
surat an-Naml [27]: 18-19
Artinya:
“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut (ratu
semut): “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak
diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari"
(18). Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu.
Dan dia berdo`a: "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri
ni`mat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah
aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh" (19).”Ada
hal yang menarik untuk dipertanyakan, kenapa ketika melihat pola kehidupan
semut, nabi Sulaiman tertawa sambil teringat kedua orang tuanya? Untuk menjawab
itu, agaknya menarik jika kita mau memperhatikan pola kehidupan semut. Dengan
memperhatikan semut, pastilah seseorang akan tahu betapa besar peran orang tua,
terutama ibu dalam membentuk pribadi anak-anak mereka.
Adapun
pola kehidupan semut tersebut adalah; Pertama, semut adalah binatang yang
hidup berkelompok dan bersama serta selalu bekerjasama. Semut adalah binatang
yang tidak hidup dengan pola kesendirian atau individualisme. Semut menyadari
akan kondisinya yang kecil dan lemah. Namun, kebersamaan dan kerjasama
membuatnya menjadi binatang yang tidak bisa dipandang remah. Seekor gajahpun,
jika diserang semut secara bersama akan mati mengenaskan. Semut, dengan
kersamaannya sekalipun fisiknya kecil, namun bisa membuat onggokan sebesar
bukit. Begitulah hebatnya pola kehidupan semut yang suka dengan kebersamaan dan
saling membantu. Tentu saja, sikap hidup seperti ini didapatkan oleh manusia
melalui pendidikan di lingkungan keluarga dari kedua orang tua, terutama
seorang ibu.
Kedua,
semuat adalah binatang yang selalu hidup damai dengan sesamnya dan tidak pernah
berkelahi. Coba lihat! Sekelompok semut yang sedang menarik makanan. Pernahkah
mereka menariknya ke arah yang berlawanan satu sama lain? Sekelompok semut
tidak pernah bertengkar dalam memperebutkan sesuatu. Bahkan, mereka saling
memberitahu jika memperoleh sesuatu. Dan ketika menarik makanan ke dalam lobang
atau sarang, mereka menunjukan pola kebersamaan. Jika yang satu menarik, maka
yang lain mendorong, begitupun sebaliknya.
Begitulah kerukunan hidup yang perlu dicontoh manusia dari semut. Dan sikap hidup seperti itu, biasanya didapatkan dari lingkungan rumah tangga dari kedua orang tua terutama ibu.
Begitulah kerukunan hidup yang perlu dicontoh manusia dari semut. Dan sikap hidup seperti itu, biasanya didapatkan dari lingkungan rumah tangga dari kedua orang tua terutama ibu.
Ketiga,
semut adalah binatang yang selalu bertegur sapa dan bersalaman ketika bertemu
dengan lain. Bahkan saking akrabnya, mereka saling cium pipi antara satu dengan
yang lain. Menurut hasil pengamatan, cium pipi yang dicontohkan semut adalah
cium pipi keakraban. Di mana, mereka memulainya dari pipi kiri kemudian pipi
kanan. Sama halnya dengan thawaf yang juga di mulai dari kiri ka’bah, sebagai wujud
kedekatan dan larut dengan Allah. Begitulah sikap mulia semut yang juga
mesti dicontoh manusia. Hendaklah mereka ketika bertemu dengan yang lain,
saling tegur sapa dan memberi salam. Terlepas, apakah dia orang yang kita kenal
atau bukan.
Keempat,
semut adalah binatang yang kreatif dan selalu bergerak. Semut adalah binatang
yang tidak kenal lelah, suka bermalasan dan berpangku tangan. Tidak akan
ditemui seekor semut yang tidur pulas, apalagi dalam waktu yang lama. Begitulah
sikap hidup yang mesti dicontoh setiap manusia. Janganlah manusia yang diberi
akal dan fisik yang kuat menyia-nyiakan anugerah Allah tersebut. Hendaklah
manusia menghargai setiap detik waktu yang dilaluinya dan setiap kesempatan
yang datang kepadanya. Sebab, apa yang telah berlalu darinya berupa waktu dan
kesempatan, tidak akan pernah lagi kembali sampai hari kiamat.
Kelima,
semut adalah binatang yang selalu memikirkan dan mempersiapkan hari esoknya.
Semut adalah binatang yang suka menumpuk makanan, bahkan dalam jumlah yang
sangat banyak melebihi kebutuhannya. Semut selau memikirkan segala kemungkinan
yang akan terjadi hari esok. Ia menumpuk makanan mungkin dengan keyakinan,
bahwa hari esok bisa saja kendisinya lebih buruk dari hari ini. Jika kemudian
ia berada dalam kondisi kurang menguntungkan, setidaknya ia tidak akan mati
kelaparan bersama keluarganya. Begitulah pola hidup yang juga mesti dicontoh
manusia. Yaitu memperhitungkan segala kemungkinan buruk yang akan terjadi hari
esok, dan melakukan persiapan menghadapinya. Itulah yang dipesankan Allah swt.
dalam surat al-Hasyar [59]: 18. Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Keenam,
semut adalah biantang yang kuat, karena seekor semut mampu menarik baban
sebesar sepuluh kali berat bobot badannya. Hal itu tentu juga mesti menjadi
contoh bagai manusia terutama umat Islam. Seorang mukmin mestilah kuat baik
fisik, akal maupun rohani. Bukankah Rasulullah saw. pernah bersabda bahwa
“seorang mukmin yang kuat lebih utama dan dicintai Allah dibandingkan mukmin
yang lemah”. Tentu saja, kekuatan fisk ini didapatkan manusia dari kedua
orang tuanya terutama seorang ibu. Mulai dari pemberian ASI oleh ibu, pemenuhan
gizi, biaya pendidikan dan seterusnya. Bagaimana mungkin seorang anak akan kuat
secara fisik, mental maupun spiritual jika kedua orang tua tidak mampu
memberikan nafkah yang cukup.
Ketujuh,
semut adalah binatang yang sangat informatif, suka berbagi dan tidak rakus
serta suka menang sendiri. Jika seekor semut menemukan makanan, maka dengan
cepat ia akan menyebarkan berita tersebut kapada yang lain. Sehingga, dalam
waktu yang pendek dan cepat segerombolan semut telah berkumpul untuk membawa
makanan yang ditemukan saudara mereka. Seekor semut tidak memiliki sikap rakus
dan mau kenyang sendiri. Ia dengan senang hati akan berbagi dengan saudaranya
yang lain. Itulah sikap hidup yang semestinya dicontoh manusia dari semut.
Janganlah manusia rakus dan punya sikap tidak mau berbagi dengan saudaranya
yang lain, yang juga sama membutuhkan. Bukankah dalam banyak ayat-Nya, Allah
swt. mencela manusia yang bersikap kikir dan rakus?
Kedelapan,
semut adalah binatang yang suka hidup teratur dan disiplin. Coba perhatikan
jika sekelomnpok semut sedang berjalan. Yang terlihat adalah keteraturan dan
kedisiplinan yang tinggi. Segerombolan semut akan berjalan dengan teratur,
antri, tidak saling mendahului apalagi saling injak satu sama lain. Jika semut
bisa hidup terarur, disiplin serta patuh pada aturan, lalu kanapa manusia yang
berakal tidak bisa diatur dan selalu melanggar aturan dan yang lebih buruk lagi
manusia seringkali “memotong langkah” saudaranya bahkan menginjak yang lain
supaya keinginannya terpenuhi lebih dahulu. Jika demikian, tentulah lebih mulia
sikap hidup semut bila dibandingkan manusia yang berakal.
Kesembilan,
semut adalah binatang yang menghargai kehidupan, serta mencintai anak-anaknya
melebihi harta dan nyawanya sendiri. Coba lihat! Jika sarang semut dirusak,
maka semua mereka akan berlarian sambil membawa dan menyelamatkan telur yang
ada. Semut tidak akan peduli dengan harta dan kekayaannya, ketika kondisi
berbahaya. Anak-anak dan keluarga, lebih utama untuk diselamatkan dari harta
benda dan kekayaan, bahkan dari keselamatan diri sendiri.
Jika semut saja lebih mengutamakan keselamatan anak-anaknya dari harta dan jiwanya, lalu kenapa ada sebagian orang tua yang rela mengorbankan anak mereka demi kebaikan mereka sendiri? Atau kenapa ada sebagian orang tua yang tega membunuh anak mereka sendiri atau membuangnya di dalam tong sampah dan sebagainya. Sungguh, semut dalam hal ini patut dijadikan pelajaran hidup.
Jika semut saja lebih mengutamakan keselamatan anak-anaknya dari harta dan jiwanya, lalu kenapa ada sebagian orang tua yang rela mengorbankan anak mereka demi kebaikan mereka sendiri? Atau kenapa ada sebagian orang tua yang tega membunuh anak mereka sendiri atau membuangnya di dalam tong sampah dan sebagainya. Sungguh, semut dalam hal ini patut dijadikan pelajaran hidup.
Kesepuluh,
semut adalah binatang yang patuh pada atasanya (ratunya). Semut dalam
kesatuannya, dipimpin oleh seekor ratu yang dipatuhi oleh semua anggotanya.
Ratu inilah yang memberi perintah, ke mana harus pergi dan bagaimana
mengumpulkan serta mendistribusikan makanan. Termasuk, cara penyelamatan diri
ketika dihadang bahaya seperti yang diceritakan dalam surat an-Naml [27]: 19 di
atas. Tidak pernah seekor semut membantah dan melawan perintah sang ratu,
sehingga kepatuhan inilah yang membuat rumah tangga semut senantiasa rukun dan
tentram.
Begitulah
pentingnya peran seorang pemimpin dalam menciptakan kehidupan yang teratur dan
damai. Tanpa pemimpin tentu kehidupan akan kacau dan jauh dari ketenangan.
Begitu juga dalam rumah tangga, tentu peran orang tua sangat dominan dalam
menciptakan keteraturan anak-anak. Orang tua tidak hanya bisa memberikan
pertintah, namun juga mampu memberikan contoh sikap terpuji pada anak-anak
mereka. Terutama ibu yang menjadi teladan dan panutan setiap anak.
Begitulah sikap-sikap terpuji dari kehidupan semut yang mestinya menjadi contoh dan pelajaran bagi manuaia. Alangkah buruknya, jika manusia yang memiliki akal, pola kehidupannya lebih rendah dari yang dicontohkan semut.
Begitulah sikap-sikap terpuji dari kehidupan semut yang mestinya menjadi contoh dan pelajaran bagi manuaia. Alangkah buruknya, jika manusia yang memiliki akal, pola kehidupannya lebih rendah dari yang dicontohkan semut.
Sumber:
Sofyan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar