Rabu, 23 November 2016

Pertanyaanku Tak Butuh Jawaban

Sebenarnya aku takut untuk membahas hal seperti ini, tapi ini tentang pertanyaanku yang tak pernah ku temukan jawabannya atau mungkin aku tak butuh jawaban, karena aku hanya akan tetap berfikir seperti ini adanya, siapapun yang bisa membuka pikiranku untuk menjawab yang kutanyakan, ku mohon bantu aku.


Pertanyaan akan selalu muncul pada siapapun. Aku hidup, untuk apa? Agamaku Islam, kapan aku mengucapkan kalimat syahadat pertama kali? Dia beragama Kristen, mengapa dia yakin bahwa agamanya adalah agama yang benar? Seseorang yang mati tertabrak mobil, mengapa keluarganya masih menyalahkan pengendara mobil, bukankah keadaan mati termasuk takdir, mengapa keluarganya tidak menyalahkan Tuhan? Mengapa kamu kaya, aku biasa aja, dia miskin? Tuhan menciptakan dajal, sedangkan dajal sendiri pun tidak menginginkannya menjadi demikian mungkin, apa ini takdir juga? Dari sekian banyak pertanyaan yang aku pikirkan, ini adalah pertanyaanku yang paling inti, Tuhan itu ada, tetapi tak berada (gaib), bagaimana bisa sampai saat ini aku mempercayainya bahwa Dia ada? Ya! dari semua pertanyaan yang aku susun jawabannya adalah Takdir.


Aku selalu percaya tentang baik dan buruknya seseorang adalah takdir. Aku hidup untuk apa? Aku ingin jawab untuk membahagiakan orang tuaku, atau untuk membantu orang lain atau untuk menjadi artis. semua jawaban yang manusia berikan hanya sebuah pengharapan. Pada kenyataannya aku tetap berjalan pada garis takdir yang lurus, protes untuk berbelok pun percuma. Jauh lebih baik, kau tak perlu membelokkannya, kau hanya perlu menikmatinya ketika pengharapan itu sesuai maupun tak sesuai dengan takdir.


Agamaku Islam. Rukun Islam yang pertama yaitu syahadat. Syahadat adalah syarat utama yang harus dilakaukan seseorang untuk bersaksi kepada Allah bahwa dia meyakini tidak ada Tuhan selain Allah. Tapi, kapan pertama kali aku membaca syahadat? Sewaktu aku belajar mengaji di mushola? Ah, sepertinya saat itu aku sudah berstatus agama Islam sebelum belajar mengaji di mushola. Ternyata status agama berlaku dari keturunan orang tua. Kau sudah ditakdirkan kembali atas dasar agama yang telah diberikan Tuhan. Kau bisa mengelak tentang agama yang diberika Tuhan, tetap saja, itu juga sudah takdir.


Temanku beragama Kristen, aku beragama Islam. Temanku bilang bahwa agamanya adalah agama yang paling benar. Aku pun berkata demikian, agamaku adalah agama yang paling benar. Mengapa bisa terjadi seperti itu? Ini pun aku masih percaya takdir. Takdir tentang kepercayaan masing-masing. Kita tetap harus percaya bahwa cerita tentang Rasul pada zaman dahulu itu benar terjadi, walaupun kita tak terlibat dalah cerita itu. Namun, untuk permasalahan agama yang paling benar, agama yang paling benar adalah agama yang baik. Untuk mengetahui kebaikan yang ada dalam agama tersebut, artinya kita harus mengulik semua agama yang ada di dunia ini untuk di cari kebenarannya. Balik lagi, tentang kepercayaan.


Seorang ibu histeris melihat anaknya tertabrak mobil saat berangkat sekolah, mengutuk siapapun yang menabrak anaknya. Mengapa ibu itu seperti tak berfikir bahwa dia sendiri pun hanya menumpang di dunia ini. Bahkan takdir mati pun sudah digariskan merupakan takdir yang tidak bisa dirubah, dalam keadaan apapun seseorang mati, sudah Tuhan tulis dalam lembaran yang pasti sebelum kamu lahir dari kandungan ibumu.


Kamu kaya, aku sederhana (ibuku yang berkata demikian), dan dia miskin. Ini pun adalah takdir. Kau berupaya membuat suatu negara dengan seluruh masyarakatnya kaya raya. Itu mustahil. Bagaimana ada kehidupan jika semua disama ratakan? Justru kehidupan akan berjalan seimbang dengan adanya bermacam perbedaan. Si miskin membutuhkan si kaya, si kaya juga akan membutuhkan si miskin. Sangat mengerikan sekali jika semua masyarakat menjadi kaya dalam suatu negara. Miskin atau kaya hidupmu saat ini, lihatlah hatimu, seberapa besar kau bersyukur.


Dajal? Siapa pula yang ingin menjadi dajal, walaupun memiliki kekuatan serupa Tuhan, tetap saja akan lebih kuat yang menciptakan (Tuhan), makhluk mengerikan akhir zaman dengan pengikut yang dibutakan. Ini juga takdir! Sebelum dajal dikeluarkan di hadapan publik saat ini pun Tuhan sudah menggariskan bahwa dia akan tetap datang pada saat nya. Tak akan ada yang bisa menghalanginya. Sepertinya jika dajal disuruh memilih ingin menjadi malaikat atau dajal, dia akan mengucapkan malaikat. Siapa pula yang tak ingin menjadi malaikat, hidup di kedamaian hati, menuruti semua perintah Tuhan.


Pertanyaanku terakhir tentang Tuhan yang ada namu tak berada (gaib), aku tak bisa memikirkannya, kata  ibuku, aku hanya boleh percaya bahwa Allah itu ada, tak perlu kau memikirkan bentuknya sepeti apa, dimana keberadaan yang sesungguhnya, bagaimana kemegahan asry, istana negara saja sudah semegah itu, apa lagi istanya Allah, itu semua di luar akal manusia, maka kita hanya boleh percaya bahwa itu ada. Bagaimana aku bisa percaya bahwa itu ada? Aku tak melihatnya! Ibu ku bilang, lihat dunia ini, ini ciptaan Allah, maka pastilah ia maha megah, maha besar, maha indah, 

Oleh: ALIFIN NISSA NUGRAHENI




Tidak ada komentar:

Posting Komentar