Jumat, 11 November 2016

Filsafat Alam Menurut Pandangan Thales



A.    Filsafat Alam
Alam ialah seluruh zat dan energi, khususnya dalam bentuk esensinya. Alam ialah mata pelajaran studi ilmiah. Dalam skala, "alam" termasuk segala sesuatu dari semesta pada subatom. Ini termasuk seluruh hal binatang, tanaman, dan mineral; seluruh sumber daya alam dan peristiwa (tornado, gempa bumi). Juga termasuk perilaku binatang hidup, dan proses yang dihubungkan dengan benda mati.
Filsafat alam (dari bahasa Latin philosophia naturalis) adalah istilah yang melekat pada pengkajian alam dan semesta fisika yang pernah dominan sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Filsafat alam dipandang sebagai pendahulu ilmu alam semisal fisika.
Bentuk-bentuk ilmu pengetahuan per sejarahnya berkembang di luar filsafat, atau lebih khususnya filsafat alam. Di universitas-universitas yang lebih tua, Kursi-Kursi Filsafat Alam yang sudah mapan kini sebagian besar dikuasai oleh para guru besar fisika. Catatan modern ilmu pengetahuan dan ilmuwan merujuk pada abad ke-19 (Webster's Ninth New Collegiate Dictionary menuliskan bahwa asal mula kata "ilmuwan" adalah dari tahun 1834). Sebelumnya, kata "ilmu pengetahuan" sekadar berarti pengetahuan dan gelar ilmuwan belumlah wujud. Karya ilmiah Isaac Newton dari tahun 1687 dikenal sebagai Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica.

B.     Filsafat Alam Menurut Thales
Tentunya dalam persoalan sejarah tentang kebenaran sesuatu bukanlah hal yang mudah. Terutama tak ditemukan data yang dapat dijadikan sebuah rujukan. Hal ini juga yang telah menimpa dalam kehidupan Thales, belum ada yang mengukapkan secara jelas yang menyebutkan kapan ia lahir. Yang ada hanya perkiraan, bahwa ia hidup pada tahun 625-545 sebelum Masehi .
Sesosok yang dilahirkan dari Grik. Ia merupakan saudagar yang banyak berlayar ke negeri Mesir. Tak hanya itu ia juga ahli politik. Dan juga mempunyai kesempatan untuk bejar matematika, dan astronomi. Dari kepandaian itu ia menggunkan sebagai ahli nujum. Dan pada suatu waktu ia gunakan nujum untuk menuinjukan kapan terjadi gerhana matahari, dan nujum terbukti yang terjadi pada tahun 585 SM .
Setelah sekilas berbicara tentang kehidupan Thales. Dan disini penulis hendak mencoba memaparkan pemikiran. Dalam pemikiran ia banyak memikirkan masalah Alam. Dari asal usul alam dan mencoba merasionalkan dari adat sebelumnya yang telah lama ada dalam lingkungannya yang masih mempercayai tahayul.
Karena itu lah ia juga disebut bapak Filsafat. Dalam berbicara alam. Ia mempercanyai bahwa alam semesta ini dapat dimengerti oleh akal. Oleh karena itu ia menggunakan akalnya untuk mengamati alam dan mengatakan bahwa semua adalah air. Air merupakan merupakan adalah pangkal, pokok dan dasar (prinsip) segala-galanya. Semua terjadi dari air dan semua kembali kepada air pula.
Bagi Thales, air adalah sebab pertama dari segala yang ada dan yang jadi. Tetapi, juga akhir dari segala yang ada dan jadi itu. Di awal air di ujung air. Air itu satu air merupakan subtansi. Dan kerena air jika dipanaskan akan menjadi uap. Uap air kalau mendingin akan menjadi air kembali.
Tentunya dalam hal ini bukan hanya merupakan asal berbicara. Namun, ada beberapa hal yang menjadikan air tersebut menjadikan kesimpulan dari pemikirannya. Dengan akal dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Dan dari semua itu dijadikan untuk menyusun bangunan pemikiran tentang alam.
Dalam kehidupannya yang terletak di daerah pesisir yang selalu terjebak dengan air yang merupakan sumber hidup. Sebagaimana ia lihat dalam kehidupan yang mengambil dari sungai Nil.
Dalam kepercayaan Thales merupakan seorang yang anisme. Anisme merupakan kepercayaan bahwa bukan saja yang hidup yang mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati.

C.    Jembatan antara Ilmu Pengetahuan Alam dengan Filsafat
Frank (dalam Soeparmo, 1984), dengan mengambil sebuah rantai sebagai perbandingan, menjelaskan bahwa fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah mengembangkan pengertian tentang strategi dan taktik ilmu pengetahuan alam. Rantai tersebut sebelum tahun 1600, menghubungkan filsafat disatu pangkal dan ilmu pengetahuan alam di ujung lain secara berkesinambungan. Sesudah tahun 1600, rantai itu putus. Ilmu pengetahuan alam memisahkan diri dari filsafat. Ilmu pengetahuan alam menempuh jalan praktis dalam menurunkan hukum-hukumnya. Menurut Frank, fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah menjembatani putusnya rantai tersebut dan menunjukkan bagaimana seseorang beranjak dari pandangan common sense (pra-pengetahuan) ke prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan alam.
Filsafat ilmu pengetahuan alam bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan pandangan dunia yang di dalamnya ilmu pengetahuan alam, filsafat dan kemanusian mempunyai hubungan erat. Sastrapratedja (1997), mengemukakan bahwa ilmu-ilmu alam secara fundamental dan struktural diarahkan pada produksi pengetahuan teknis dan yang dapat digunakan. Ilmu pengetahuan alam merupakan bentuk refleksif (relefxion form) dari proses belajar yang ada dalam struktur tindakan instrumentasi, yaitu tindakan yang ditujukan untuk mengendalikan kondisi eksternal manusia. Ilmu pengetahuan alam terkait dengan kepentingan dalam meramal (memprediksi) dan mengendalikan proses alam.

D.    Ilmu Pengetahuan sebagai penjabaran pemikiran positifisme
Positivisme menyamakan rasionalitas dengan rasionalitas teknis dan ilmu pengetahuan dengan ilmu pengetahuan alam. Menurut Van Melsen (1985), ciri khas pertama yang menandai ilmu alam ialah bahwa ilmu itu melukiskan kenyataan menurut aspek-aspek yang mengizinkan registrasi inderawi yang langsung. Yang diregistrasi dalam eksperimen adalah cara benda-benda bereaksi atas “campur tangan” eksperimental kita. Eksperimentasi yang aktif itu memungkinkan suatu analisis jauh lebih teliti terhadap banyak faktor yang dalam pengamatan konkrit selalu terdapat bersama-sama. Tanpa pengamatan eksperimental kita tidak akan tahu menahu tentang elektron-elektron dan bagian-bagian elementer lainnya. Ilmu pengetahuan alam mulai berdiri sendiri sejak abad ke 17. Kemudian pada tahun 1853, Auguste Comte mengadakan penggolongan ilmu pengetahuan. Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996).
Dalam penggolongan ilmu pengetahuan tersebut, dimulai dari Matematika, Astronomi, Fisika, Ilmu Kimia, Biologi dan Sosilogi. Ilmu Kimia diurutkan dalam urutan keempat. Penggolongan tersebut didasarkan pada urutan tata jenjang, asas ketergantungan dan ukuran kesederhanaan. Dalam urutan itu, setiap ilmu yang terdahulu adalah lebih tua sejarahnya, secara logis lebih sederhana dan lebih luas penerapannya daripada setiap ilmu yang dibelakangnya (The Liang Gie, 1999). Pada pengelompokkan tersebut, meskipun tidak dijelaskan induk dari setiap ilmu tetapi dalam kenyataannya sekarang bahwa fisika, kimia dan biologi adalah bagian dari kelompok ilmu pengetahuan alam. Ilmu kimia adalah suatu ilmu yang mempelajari perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Untuk itu diharapkan uraian ini dapat memberikan dasar bagi para ilmuan IPA dalam merenungkan kembali sejarah perkembangan ilmu alam dan dalam pengembangan ilmu IPA selanjutnya.

Sumber : http://muhammadalisunan.blogspot.co.id/2012/05/makalah-filsafat-alam.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar