Rabu, 28 Desember 2016

5 Filsuf Muslim Yang Mengupas Tentang Filsafat



Memang banyak Filsul muslim yang terkenal , tapi ke filsuf ini dipilih karena mereka menjadi pemikiran mereka dalam filsafat. Yaitu: (1).AL-KINDI (185 -252 H / 806-873 M) (2). AL-FARABI (257-337 H / 870 -950 M), (3). IBNU SINA 340 H/980 M, (4) IBNU RUSYDI (1126 M) 5. Al-Ghazali

1.      AL-KINDI (185 -252 H / 806-873 M)
Ia adalah Abu Yusuf bin Ishak, terkenal sebagai filosof arab: pernah menjadi Gubernur kufah pada pemerintahan al-Mahdi dan Harun Ar-rasyid. Dikalangan kaum muslimin, orang yang pertama memberikan pengertian filsafat dan lapangannya adalah Al-kindi, ia membagi filsafat 3 bagian: Thibiyyat (ilmu fisika) sebagi sesuatu yang berbenda, al-ilm-ur-riyadli (matematika) terdiri dari ilmu hitung, tehnik, astronomi, dan musik, berhubungan dengan benda tapi punya wujud sendiri, dan yang tertinggi adalah ilm ur-Rububiyyah (ilmu ketuhanan) / tidak berhubungan dengan benda sama sekali (Ahmad hanafi hal 74)

Dalam ilmu Fisika , Al-Kindi mengatakan bahwa alam ini ada illatnya (sebab) yang jauh dan yang menjadikan sebagiannya sebagai illat bagi yang lainnya. Karena itu alam ini asalnya tidak ada, kemudian menjadi ada, karena diciptakan oleh tuhan, dan karenanya pula ia tidak dapat membenarkan Qadimnya alam. Dalam metafisika Al- kindi membicarkan hakikat Tuhan bahwa Tuhan adalah wujud yang hak (benar) yang bukan asalnya tidak ada kemudian ada, Ia selalu mustahil tiada ada, ia selalu ada dan akan selalu ada. Oleh karena nya Tuhan adalah wujud
sempurna yang tidak didahului oleh wujud lain, tidak berakhirnya wujud-Nya dan tidak ada wujud kecuali dengan-Nya.Bukti wujud Tuhan ia menggunakan 3 jalan :(1)baharunya alam , (2) keaneka-ragaman dalam wujud (katsrah fil mawjudat) dan kerapihan alam.

Dalam filsafat fisika Al-kindi mengikuti Aristoteles, meskipun tidak menyetujui nya dalam qadim-nya alam beserta alasan-alasannya. Demikian pula dalam soal kejiwaan, ia menyampingkan Aristoteles dan lebih suka memilih Plato ini bersifat (idealis) yang sesuai dengan ajaran Islam. Tentang Tuhan dan sifatnya , Maka Al-Kindi bersifat sebagai seorang islam
mu’tazilah, Kalau dicari persamaannya dengan aliran-aliran Filsafat sebelumnya maka kita bisa menunjukan aliran Stoa dimana aliran ini menganggap tuhan sebagai Zat pengatur dan pemeliharaan alam, yang berakal dimana bekasnya nampak dengan jelas pada alam. Al-kindi adalah pembuka dunia filsafat bagi dunia arab tapi pendiri filsafat islam yang sebanarnya adalah Al- farabi.

2.      AL-FARABI (257-337 H / 870 -950 M)
Ia adalah Abu Nasr Muhammad bin Muhammad Bin Tharkan, sebutah Al-farabi diambil dari nama kota Forab, dimana ia dilahirkan tahun 267 H, ayahnya berasal dari iran dan menikah dengan wanita Turkestan. Setelah besar ia menuju baghdad dan belajar dengan Abu Bisyr bin Mattius, dan disana ia memusatkan perhatian dengan ilmu logika, kemudian pindah ke harran (salah satu kebudayaan yunani di Asia kecil) untuk berguru dengan Yuhanna bin Jilan, kemudia balik kembali ke Baghdad.

Bagi Farabi tujuan filsafat dan agama adalah sama, yaitu mengetahui semua wujud, hanya saja filsafat memakai dalil-dalil yang diyakini dan ditujukan kepada golongan tertentu , sedang agama memakai cara-cara iqna’i (pemuasan perasaan) dan kiasan-kiasan serta gambaran dan ditujukan kepada semua orang,bangsa dan negara.

Dalam soal mantik dan filsafat Fisika Al-farabi mengikuti aristoteles, dalam hal etika dan politik, ia mengikuti Plato, dan dalam soal ,metafisika ia mengikuti Plotinus. Antara Al-Farabi dengan golongan Ikhwanushafa sebagai golongan Syiah ekstrim terdapat pandangan yang sama yaitu kebenaran hanya satu sedang perbedaan pendapat dan aliran hanyalah lahirnya saja, batinnya yaitu hakikat satu, hanya diketahui oleh filosofi dan orang yang mendalami pengetahuannya

3.      IBNU SINA 340 H/980 M
Ibnu Sina, yang di Eropa lebih dikenal dengan nama Avicenna. Filsuf yang memiliki nama lengkap Abu Ali Al Hosain Ibn Abdullah Ibn Sina, dilahirkan pada tahun 340 H/980 M di Afsyana, suatu tempat di daerah Bukhara. Di tempat itulah ia menghafal Al-Qur’an dan mempelajari ilmu-ilmu agama serta astronomi sampai memasuki tahun kesepuluh dari kehidupannya. Ilmu kedokteran ia kuasai sebelum usianya mencapai 16 tahun. Sebelum mempelajari ilmu kedokteran, ia pun mempelajari matematika, fisika, logika, dan ilmu metafisika.

Menginjak usia 17 tahun, Ibnu Sina berhasil menangani penyakit Khalifah Nuh bin Manshur. Karenanya, ia mendapatkan izin untuk belajar di perpustakaan pribadi khalifah. Di perpustakaan tersebut, ia mendapatkan keleluasaan untuk mendalami ilmunya. Koleksi buku-buku yang sukar didapat itu dipelajarinya dengan penuh suka cita. Semenjak kematian ayahnya, saat usianya 22 tahun, Ibnu Sina meninggalkan Bukhara menjuju Jurjan dan kemudian ke Khawarazm sampai akhirnya ke Mamadzan. Berbagai keunikan pemikiran filsafatnya telah memperoleh penghargaan yang semakin tinggi hingga masa modern. Ia berhasil membangun filsafat sebagai sitim yang lengkap dan terperinci.

Meskipun Al Ghazali dan Fakhr Al Din Al Razi pernah menyerang pemikirannya, namun dunia tidak dapat menolak semangat keaslian dari sistim filsafat yang dibangunnya. Ia menunjukkan jiwa jenius dalam menemukan metode-metode dan alasan-alasan yang menopang perumusan kembali pemikiran rasional murni dan teradisi intelektual Hellenisme yang diwarisinya. Kreativitasnya semakin unik dengan kombinasi pemikiran Islam yang kental.

Karakteristik yang paling mendasar dari pemikiran Ibnu Sina adalah pencapaian definisi dengan metode pemisahan dan pembedaan konsep secara tegas dan keras sehingga mampu mengusik temperamen modern. Ia mengemukakan secara berulang-ulang pada setiap kesempatan tentang pembuktian pemikirannya dalam hal dualisme tubuh dan akal, doktrin universal, serta teori tentang esensi dan eksistensi.

Keaslian pemikiran Ibnu Sina rupanya bukan saja menghadirkan keunikan sekaligus kekaguman dunia Islam abad pertengahan. Orde dominikian, bahkan masa Teolog Barat memperoleh pengaruh kuat dari pemikirannya. Perumusan kembali Teologi Katolik Roma yang digagas Albert Yang Agung dan terutama oleh Thomas Aquinas secara mendasar dipengaruhi oleh pemikiran Ibnu Sina. Selain itu, penerjemah De Anima, Gundisalvus menulis De Anima yang sebagian besar isinya merupakan pengambilan besar-besaran doktrin-doktrin Ibnu Sina. Demikian juga para filsuf dan ilmuwan abad pertengahan seperti Robert Grosseteste dan Roger Bacon yang menginternalisasi sebagaian besar pemikiran Ibnu Sina.

Untuk memahami teologi dan metafisika Aquinas, setiap orang pasti harus merujuk kepada pemahaman jasa pemikiran yang diterimanya dari Ibnu Sina. Semua orang dapat melihat pengaruh filsuf besar muslim ini dalam karya Aquinas, Summa Theologica dan Summa Contra Gentiles yang merupakan karya terbesarnya. Kesibukan Ibnu Sina sebagai filsuf, dokter, sekaligus menteri pada pemerintahan Syamsuddaulah di Hamadzan tidak menghalanginya untuk menghadirkan karya-karya monumentalnya. Asy-Syifa adalah buku filsafat yang terpenting dan terbesar dari Ibnu Sina. Di dalamnya diulas secara mendalam tentang logika, fisika, matematika, dan metafisika ketuhanan. Naskah-naskahnya telah tersebar di perpustakaan Barat dan Timur. An-Najat adalah nama yang ia berikan untuk buku yang meringkas kajian-kajian yang dipaparkan Asy-Syifa. Buku diterbitkan di Roma pada tahun 1593 serta di Mesir tahun 1331.

Bagian metafisika dan fisika pernah dicetak dengan cetakan batu di Taheran. Pada tahun 1951 pemerintah Mesir dan Arab membentuk panitia penyunting ensiklopedi Asy-Syifa di Kairo yang sebagian besar telah diterbitkan. Pasal keenam dari bagian fisika yang merupakan landasan pembentukan psikologi modern diterbitkan lembaga keilmuan Cekoslovakia di Praha yang juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis. Bagian logika telah diterbitkan Kairo pada tahun 1954 dengan nama Al Burhan.
Di bidang kedokteran, ia melahirkan kitab Al Qonun yang disebut orang-orang Barat sebagai Canon of Medicine. Al Qonun sempat menjadi referensi utama di universitas-universitas Eropa sampai abad ke-17. Al Qonun juga pernah diterbitkan di Roma tahun 1593 M dan di India pada tahun 1323 M. Buku terakhir yang paling baik menurut para filsuf dunia adalah Al Isyarat wat-Tanbihat yang pernah diterbitkan di Leiden pada tahun 1892. Terakhir, buku ini diterbitkan di Kairo pada tahun 1947.
Di tengah kesungguhan meramu pemikiran filsafat Islam yang unik di antara berbagai kesibukannya, Ibnu Sina jatuh sakit, dan pada akhirnya di usia yang ke-57 beliau wafat di Hamadzan pada tahun 428 H/1037 M.

4.      IBNU RUSYDI (1126 M)
Abul al Walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusydi, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ibnu Rusydi atau Averrous, adalah ilmuwan muslim yang sangat berpengaruh pada abad ke-12 dan beberapa abad berikutnya. Ia adalah seorang filosof yang telah berjasa mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran Yunani.

Ibnu Rusydi dilahirkan pada tahun 1126 M di Qurtubah (Cordoba) dari sebuah keluarga bangsawan terkemuka. Ayahnya adalah seorang ahli hukum yang cukup berpengaruh di Cordoba. Abad Ke 12 merupakan zaman keemasan perkembangan pengetahuan islam di bawah kekuasaan Dinasti Abasiah. Berpusat di Andalusia (spanyol) . Para penguasa muslim pada masa itu mendukung sekali perkembangan ilmu pengetahuan, bahkan mereka sering memerintahkan para ilmuwan untuk menggali kembali warisan intelektual Yunani yang masih tersisa, sehingga nama-nama ilmuwan besar Yunani seperti Aristoteles, Plato, Phitagoras, ataupun Euclides dengan karya-karyanya masih tetap terpelihara sampai sekarang.

Selain sebagai seorang ahli filsafat, ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang kedokteran, sastra, logika, ilmu-ilmu pasti, di samping sangat menguasai pula pengetahuan keislaman, khususnya dalam tafsir Al Qur’an dan Hadits ataupun dalam bidang hukum dan fikih. Bahkan karya terbesarnya dalam bidang kedokteran, yaitu Al Kuliyat Fil-Tibb atau (Hal-Hal yang Umum tentang Ilmu Pengobatan) telah menjadi rujukan utama dalam bidang kedokteran. .

Hal terpenting dari kiprah Ibnu Rusydi dalam bidang ilmu pengetahuan adalah usahanya untuk menerjemahkan dan melengkapi karya-karya pemikir Yunani, terutama karya Aristoteles dan Plato, yang mempunyai pengaruh selama berabad-abad lamanya. Antara tahun 1169-1195, Ibnu Rusydi menulis satu segi komentar terhadap karya-karya Aristoteles, seperti De Organon, De Anima, Phiysica, Metaphisica, De Partibus Animalia, Parna Naturalisi, Metodologica, Rhetorica, dan Nichomachean Ethick. Semua komentarnya tergabung dalam sebuah versi Latin melengkapi karya Aristoteles. Komentar-komentarnya sangat berpengaruh terhadap pembentukan tradisi intelektual kaum Yahudi dan Nasrani.

Analisanya telah mampu menghadirkan secara lengkap pemikiran Aristoteles. Ia pun melengkapi telaahnya dengan menggunanakan komentar-komentar klasik dari Themisius, Alexander of Aphiordisius, al Farabi dengan Falasifah-nya, dan komentar Ibnu Sina. Komentarnya terhadap percobaan Aristoteles mengenai ilmu-ilmu alam, memperlihatkan kemampuan luar biasa dalam menghasilkan sebuah observasi.

5.      Al GHAZALI
Filsafat menurutnya dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian :
1.      Aritmetik, geometri yang sah dan dibolehkan
2.      Logika yang merupakan bagian dari teologi
3.      Ketuhanan yang mendiskusikan zat dan sifat-sifat ilahi, yang juga merupakan teologi
4.      fisika yang bisa dibagi dalam 2 bagian:
pertama yang terlibat dalam diskusi-diskusi yang bertentangan dengan syariah dan dengan demikian bahkan tak dapat dianggap sebagai ilmu , bagian lain mendiskusikan sifat-sifat tubuh, bagian 2 mirip dengan ilmu kedokteran , meskipun yang kedua lebih baik dari yang pertama, bagian fisika ini kurang berguna, sedang ilmu kedokteran sangat bermanfaat.

Selanjutnya Al-Ghazali membahas ilmu yang wajib kifayah (sesuatu yang wajib atas keseluruhan masyarakat selama kewajiban memenuhi kebutuhan sosial tersebut masih ada, tetapi setelah kewajiban itu telah dilaksanakan oleh sejumlah individu otomatis yang lain terbebas dari kewajiban itu. Beliau mengklasifikasikan ilmu kepada ”ilmu agama ” dan ”ilmu non agama” (ulum syar’i), beliau maksudkan kelompok ilmu yang di ajarkan lewat ajaran-ajaran Nabi dan wahyu, sedangkan yang lain adalah kelompok non agama. Ilmu non agama juga diklasifikasikan kepada yang terpuji (mahmud) ,dibolehkan (mubah) dan tercela (madzmum)

Al-Ghazali memasukkan sejarah ke dalam kategori ilmu-ilmu mubah, sihir kategori ilmu yang tercela, ilmu terpuji yang penting didalam kehidupan sehari-hari termasuk wajib kifayah, lebih dari itu hanya memberi manfaat tambahan kepada mereka yang mempelajarinya, ilmu tentang obat, matematika, kerajinan yang diperlukan oleh masyarakat, ada dalam kategori fardhu kifayah , Penyelidikan dalam kedokteran atau matematika dimasukan pada ketegori bermanfaat untuk orang yang mempelajarinya, tanpa keharusan mempelajarinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar