Perkataan yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur`an
dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan
manusia, misalnya dalam QS al-Jatsiiyah ayat 23:
Artinya: Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan
hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya [1384]
dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan
atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Dalam surat Al-Qashash ayat 38,
perkataan illah dipakai oleh fir`aun untuk dirinya sendiri :
“Dan
Fir’aun berkata : wahai para pembesar aku tidak menyangka bahwa kalian masih
mempunyai ilah selain diriku“.
Contoh ayat diatas tersebut menunjukkan bahwa perkataan illah
bisa mengundang berbagai arti benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan
pribadi) maupun benda nyata (fira`un atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja).
Perkataan illah juga dalam bentuk tunggal (mufrad ilaahun, ganda (mutsanna
ilaahaini) dan banyak (jama‟aalihatun). Ber-Tuhan nol dalam arti kata tidak
bertuhan atau atheismetidak mungkin. Untuk dapatmengerti defenisi Tuhan atau illah
yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut:
Tuhan (illah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap
penting) oleh manusia sedemikin rupasehingga manusia merelakan dirinya dikuasai
oleh-Nya.Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup
didalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberi
kemaslahataan atau kegembiraan dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan
mendatangkan bahaya atau kerugian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar