Sabtu, 24 Desember 2016

Memahami dan Menilai Estetika dalam Islam




Dalam menilai karya seni Islam, asas yang sangat penting adalah cinta dalam diri atau pada manusia, sebagai penghasil karya seni, ialah kecenderungan akan keimanan, ketakwaan, kebahagiaan, dan hasratnya untuk menegakan kebaikan dan ketidakadilan. Seni dalam padangan ini adalah suatu bentuk ibadah dan pengabdian kepada Tuhan Yang Kuasa. Imam Gazhali membagi peringkat keindahan sebagai berikut: (1) keindahan indrawi dan nafsani (sensual) disebut juga keindahan lahir; (2) keindahan imajinatif emotif; (3) keindahan akhliyah atau rasional; (4) keidahan rohaniah atau irfani; (5) keindahan ilahiyah atau transenden. Seorang seniman yang melahirkan karyanya untuk membawa naik penikmatannya dari tatanan keindahan lahiriah menuju tatanan keindahan yang lebih tinggi yang ada diatasnya. Semakin tinggi tatanan keindahan yang disajikan dalam sebuah karya seni, maka semakin dekat dengan hakikat wujud.
Penciptaan karya seni dalam Islam bentuknya yang anti ikonografis dan wataknya sebagai manifestasi zikir serta puji-pujian kepada Yang Maha Kuasa, adalah ungkapan penyucian diri dari segala bentuk berhala alam bendawi yang mengarah pada kemusrikan. Sekaligus untuk menyatakan bahwa martabat manusia tidak ditentukan oleh kemahirannya meniru bentuk-bentuk lahir kehidupan, melainkan oleh kreativitas imajinasi dan akal budi menuju kedekatan kepada Illahi.
Berikut disajikan gambaran dunia yang disajikan dalam Al-Qur’an dan pengaruhnya terhadap estetika, khususnya seni rupa dan sastra. Pertama ayat -ayat yang dibentangkan dalam kitab suci sebagai pedoman hidup umat manusia, Kedua ayat-ayat dan peristiwa yang dibentangkan di alam semesta sebagai wahana untuk beriman, hidup, dan pengembangan kebudayaan. Berdasarkan pandangan di atas para Sufi menjelaskan fungsi karya seni sebagai berikut:
1.      Fungsi seni untuk tawajjud yaitu membawa penikmat untuk mencapai keadaan jiwa yang damai (mutmainah) dan menyatu dengan keabadian yang abadi.
2.      Fungsi seni sebagai tajarrud yaitu pembebasan jiwa dari alam benda melalui sesuatu yang berasal dari alam benda itu sendiri. Misal suara, bunyi-bunyian, lukisan, gambar dan kata-kata.
3.      Fungsi seni sebagai tadzkiya al-nafs yaitu penyucian diri dari pemberhalaan terhadap bentuk-bentuk melalui bentuk-bentuk itu sendiri.
4.      Fungsi seni untuk menyampaikan hikmah, yaitu kearifan yang dapat membantu kita bersikap adil dan benar terhadap Tuhan, sesama manusia, dengan alam tempat kita hidup, dan diri kita sendiri.
5.      Fungsi seni sebagai sarana menyebarkan gagasan, pengetahuan, informasi yang berguna bagi kehidupan seperti pengetahuan sejarah, geografi, hukum, undang-undang, gagasan keagamaan.
6.      Fungsi seni diciptakan sebagai puji-pujian kepada Yang Khalik. Lukisan dalam manuskrip menarik karena gambar figur umumnya ditampilkan statik, tidak ada gerak dan dua dimensi.
Pelukis muslim berusaha menekan ketegangan antara estetika Yunani yang didasarkan pada prinsip “Ars imitatur naturam” (seni meniru alam), sedangkan estetika Islam menolak naturalisme. Secara garis besar ciri lukisan seniman Islam adalah:
1.      Figur statik tidak ada gerak,
2.      Ada watak individual dalam setiap figur yang digambar, yang ditekankan disini bukan penampilan zahir dari figur tetapi sifat-sifatnya,
3.      Terdapat banyak seni dekoratif atau arabesk yang ditambah untuk menggambarkan bahwa manusia hanya dapat hidup di dalam lingkungan alam,
4.      Warna dibuat bukan untuk meniru warna alam, tetapi untuk menciptakan keselarasan dalam ruang tertentu,
5.      Ruang dibuat vertikal dari atas ke bawah dengan garis spiral, pada akhir yang menentukan kualitas lukisan ialah tatanan atau susunan geometrisnya.

Sumber: Martono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar