Dalam
menilai karya seni Islam, asas yang sangat penting adalah cinta dalam diri atau
pada manusia, sebagai penghasil karya seni, ialah kecenderungan akan keimanan,
ketakwaan, kebahagiaan, dan hasratnya untuk menegakan kebaikan dan ketidakadilan.
Seni dalam padangan ini adalah suatu bentuk ibadah dan pengabdian kepada Tuhan
Yang Kuasa. Imam Gazhali membagi peringkat keindahan sebagai berikut: (1)
keindahan indrawi dan nafsani (sensual) disebut juga keindahan lahir; (2)
keindahan imajinatif emotif; (3) keindahan akhliyah atau rasional; (4)
keidahan rohaniah atau irfani; (5) keindahan ilahiyah atau transenden.
Seorang seniman yang melahirkan karyanya untuk membawa naik penikmatannya dari
tatanan keindahan lahiriah menuju tatanan keindahan yang lebih tinggi yang ada diatasnya.
Semakin tinggi tatanan keindahan yang disajikan dalam sebuah karya seni, maka
semakin dekat dengan hakikat wujud.
Penciptaan
karya seni dalam Islam bentuknya yang anti ikonografis dan wataknya sebagai manifestasi
zikir serta puji-pujian kepada Yang Maha Kuasa, adalah ungkapan penyucian diri
dari segala bentuk berhala alam bendawi yang mengarah pada kemusrikan.
Sekaligus untuk menyatakan bahwa martabat manusia tidak ditentukan oleh
kemahirannya meniru bentuk-bentuk lahir kehidupan, melainkan oleh kreativitas
imajinasi dan akal budi menuju kedekatan kepada Illahi.
Berikut
disajikan gambaran dunia yang disajikan dalam Al-Qur’an dan pengaruhnya
terhadap estetika, khususnya seni rupa dan sastra. Pertama ayat -ayat yang
dibentangkan dalam kitab suci sebagai pedoman hidup umat manusia, Kedua
ayat-ayat dan peristiwa yang dibentangkan di alam semesta sebagai wahana untuk
beriman, hidup, dan pengembangan kebudayaan. Berdasarkan pandangan di atas para
Sufi menjelaskan fungsi karya seni sebagai berikut:
1. Fungsi
seni untuk tawajjud yaitu membawa penikmat untuk mencapai keadaan jiwa
yang damai (mutmainah) dan menyatu dengan keabadian yang abadi.
2. Fungsi
seni sebagai tajarrud yaitu pembebasan jiwa dari alam benda melalui
sesuatu yang berasal dari alam benda itu sendiri. Misal suara, bunyi-bunyian,
lukisan, gambar dan kata-kata.
3. Fungsi
seni sebagai tadzkiya al-nafs yaitu penyucian diri dari pemberhalaan
terhadap bentuk-bentuk melalui bentuk-bentuk itu sendiri.
4. Fungsi
seni untuk menyampaikan hikmah, yaitu kearifan yang dapat membantu kita
bersikap adil dan benar terhadap Tuhan, sesama manusia, dengan alam tempat kita
hidup, dan diri kita sendiri.
5. Fungsi
seni sebagai sarana menyebarkan gagasan, pengetahuan, informasi yang berguna
bagi kehidupan seperti pengetahuan sejarah, geografi, hukum, undang-undang,
gagasan keagamaan.
6. Fungsi
seni diciptakan sebagai puji-pujian kepada Yang Khalik. Lukisan dalam manuskrip
menarik karena gambar figur umumnya ditampilkan statik, tidak ada gerak dan dua
dimensi.
Pelukis
muslim berusaha menekan ketegangan antara estetika Yunani yang didasarkan pada prinsip
“Ars imitatur naturam” (seni meniru alam), sedangkan estetika Islam menolak
naturalisme. Secara garis besar ciri lukisan seniman Islam adalah:
1. Figur
statik tidak ada gerak,
2. Ada
watak individual dalam setiap figur yang digambar, yang ditekankan disini bukan
penampilan zahir dari figur tetapi sifat-sifatnya,
3. Terdapat
banyak seni dekoratif atau arabesk yang ditambah untuk menggambarkan bahwa
manusia hanya dapat hidup di dalam lingkungan alam,
4. Warna
dibuat bukan untuk meniru warna alam, tetapi untuk menciptakan keselarasan
dalam ruang tertentu,
5. Ruang
dibuat vertikal dari atas ke bawah dengan garis spiral, pada akhir yang
menentukan kualitas lukisan ialah tatanan atau susunan geometrisnya.
Sumber:
Martono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar