Hidup berbeda dengan kehidupan, karena hidup
diartikan keadaan suatu benda yang karena kekuatan Zat yang Maha Kuasa benda
itu dapat bernafas. Jadi kata "hidup" bukan lawannya
"mati", karena "mati" adalah lawannya "lahir". Lahir
adalah awal kehidupan dan mati adalah akhir kehidupan.
Kehidupan
adalah seba serbid aripada hidup itu sendiri mulai dari lahir sarapai dengan
makhluk hidup itu mati. Hidup akan berarti apabila dapat dimotivasi dengan
baik. Berbagai motivasi orang untuk hidup yang pada puncak tertinggi disebut
cinta, yaitu keinginan untuk bersedia didominasi dan untuk mencapainya
diperlukan pengorbanan, sedang setelah mencapainya menimbulkan kebahagiaan.
Misalnya cinta anak, cinta harta, cinta pangkat dan sebagainya. Tetapi yang
kekal dan abadi adalah cinta secara sepiritual adalah cinta Tuhan yaitu Allah.
Dalam
kehidupan ini, tidaklah akan didapat dua manusia yang sama jalan kehidupannya.
Variasi aliran hidup ini sudah nyata terlihat sejak dalam rahim ibu. Tiap anak
lahir ke dunia mencucut jarinya, tetapi bentuknya telah dapat dibedakan dengan
anak yang lain. Untuk mempertahankan hidup, seseorang harus terus-menerus
bekerja dan tidak berhenti sejak dilahirkan, biar mati yang menyudahinya.
Demikian ini karena padanyalah berdiri kehidupan.
Kehidupan
itu laksana tenunan yang bersambung menjadi kain. Sekalian makhluk di muka bumi
ini seakan-akan tidak kelihatan di dalam tenunan ini, karena sangat kecil.
Tenunan hayat yang tampak ini adalah ujung dari pangkal kain yang telah lalu,
yang bersambung tiada putus, sejak dari awal yang tiada diketahui kapankah
sampai pada akhir yang belum diketahui. Nanti setelah waktu yang telah
ditentukan itu dilalui, maka kehidupan itu pun berhenti pada suatu perhentian
yang bernama "el-maut", yaitu berhentinya perjalanan darah yang
niengandung oksigen mengelilingi badan.
"Hidup
itu mempunyai makna", demikian Jalaluddin Rakhmat mengawali penuturannya.
'Kita merasa seperti Browning* meneari makna sudah menjadi daging dan minuman
kita. Memang begitu banyak di dalam hidup ini yang bermakna, kebimbangan dan kegagalan
yang meniadakan diri; kita berjuang menghadapi chaos di sekitar kita dan
di dalam diri kita; tetapi sementara itu kita yakin ada sesuatu yang vital dan
penting dalam diri kita, sekiranya kita dapat mengurai jiwa kita sendiri. Kita
ingin mengerti; 'hidup bagi kita berarti tents menerus mengubah semua keadaan
kita dan semua yang kita temui menjadi cahaya dan nyala; mirip Mitya dalam brother
of Karamazmi, kita hanyalah 'salah satu di antara mereka'; kita
ingin menangkap nilai dan perspektif dari hal-hal yang bersifat sementara, dan
melepaskan diri dari putaran arus kehidupan sehari-hari kita. Kita ingin tahu
bahwa yang kecil itu kecil, yang besar itu besar, sebelu m terlambat benar; kita
ingin melihat wujud sekarang ini dalam bentuknya belajar tertawa dalam
menghadapi sesuatu yang tidak terelakkan, untuk tersenyum bahkan dengan
mengkritik dan mengharmoniskan riafsu kita, karena energi yang serasi adalah
kata terakhir dalam etika politik, juga dalam logika metafisik.
Memahami
makna hidup hams diawali dengan menegaskan pengertian "makna/meaning"
terlebih dahula Hal ini disebabkan gagasan tentang makna hidup, pada
awalnya sangat tidak jelas (The notion of the meaning of life is initially
extremely vague), karena yang biasa disandingkan dengan kata makna itu
adalah kata-kata dan kalimat, bukannya kehidupan. Tetapi, sebagimana diyakini
oleh Karl Britton, makna kehidupan bukan omong kosong. la dapat dikaitkan
dengan berbagai masalah lain yang benar-benar jelas.
Dalam
kamus filsafat, arti "makna (meaning)" tidak satu, diantaranya
adalah "definisi", "makna sebuah kalimat atau pernyataan",
dan "signifikansi, sesuatu yang ditunjukkan atau dimaksud untuk
diekspresikan". Signifikansi sendiri berarti names a relationship
between that meaning and a person, or a conception, or a situation or
indeed anything imaginable. Oleh karena itu, dalam hubungan dengan makna
hidup, tampaknya signifikansi merupakan arti yang tepat. Sebagaimana dituturkan
oleh Joseph Runzo, meaning itu muncul dari keterhubungan sesuatu dengan
sesuatu yang lain di luar dirinya. Hidup kita memiliki makna melalui keterhubungan
kita dengan orang lain. Bagaimanapun, makna tertinggi hanya akan diperoleh jika
ada hubungan eventual dengan sesuatu yang lain yang ada di luar diri kita.
Menurut
Albeit Camus, makna hidup merupakan suatu persoalan yang sangat urgen (The
meaning of life is the most urgent question). Makna hidup adalah sesuatu
yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi
seseorang. Makna hidup bila berhasil, ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan
kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga. Dan pada akhirnya akan
menimbulkan penghayatan bahagia (happieness).
Ada
tiga karakteristik makna hidup. Pertama, makna hidup itu sifatnya unik
dan personal Artinya, apa yang dianggap berarti oleh seseorang belum tentu
berarti bagi orang lain. Bahkan mungkin, apa yang dianggap penting dan bermakna
pada saat ini oleh seseorang belum tentu sama bermaknanya bagi orang itu pada
saat lain. Dalam hal ini, makna hidup seseorang dan apa yang bermakna baginya
hiasanya bersifat khusus, berbeda dengan orang lain, dan mungkin dari waktu ke
waktu berubah pula. Kedua, sifat lain dari makna hidup adalah spesiflk
dan konkrit. Artinya, dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata
sehari-hari dan tidak selalu harus dikaitkan dengan tujuan-tujuan idealitas,
prestasi-prestasi akademis yang tinggi, atau hasil-hasil renungan filosofis
yang kreatif. Mengagumi merekahnya ufuk Timur pada saat terbit fajar,
raemandang dengan penuh kepuasan tumbnhnya putikputik bunga hasil tanaman
sendiri, turut tersenyum melihat senyuman bayi montok, menghayati perasaan
kasih dan haru menyaksikan anak sendiri terbaring sakit, bersemangat mengerjakan
tugas yang disenangi, mendengarkan khotbah yang sarat dengan kebijakan dan
kebajikan, merupakan contoh peristiwa sehari-hari yang bermakna bagi seseorang.
Dan ketigu, sifat lain makna hidup adalah memberi pedoman dan arah
terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehingga makna hidup seakan-akan menantang
(challennging) dan mengundang (inviting) seseorang untuk memenuhinya.
Begitu makna hidup ditemukan dan tujuan hidup ditentukan, maka seseorang
seakan-akan terpanggil untuk melaksanakan dan memenuhinya. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukannya pun menjadi lebih terarah.
Mengingat
keunikan dan kekhususan ini, makna hidup tidak dapat diberikan oleh siapa pun,
melainkan harus dicari dan ditemukan sendiri. Orang lain, termasuk pakar
Logoterapi, hanya dapat menunjukkan segala sesuatu yang secara potensial
bermakna, namun untuk menentukan apa-apa yang dianggap bermakna pada akhirnya terpulang
pada orang yang diberi petunjnk itu sendiri. Seorang konselor seakan-akan hanya
berfungsi membantu memperluas cakrawala pandangan mengenai
kemungkinankemungkinan dan cara-cara menemukan makna hidup. Selain itu, ia juga
menunjukkan sumber-sumber makna hidup, dan membantu untuk lebih menyadari
tanggung jawab pribadi dalam memenuhi tujuan-tujuan yang harus dicapai serta kewajiban-kewajiban
yang harus ditunaikan.
Di
samping makna hidup yang sifatnya unik, personal, temporer dan spesifik itu,
ada juga makna hidup yang mutlak (absolid), semesta (universal) dan
paripurna (ultimate) sifatnya. Bagi kalangan yang tidak beragama atau kurang
menghargai nilai-nilai keagamaan, mungkin saja beranggapan bahwa alam semesta,
ekosistem, pandangan filsafat dan ideologi tertentu memiliki
nilai
universal dan paripurna. Dan, atas dasar ini, kalangan tersebut menjadikannya
sebagai landasan dan sumber makna hidup. Sedangkan bagi kalangan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, maka ketuhanan dan agama merupakan
sumber makna hidup paripurna yang seharusny amendasari makna hidup pribadi.
Dalam hal ini alam semesta sebagai ekosistem yang tertib, teratur, dan tunduk
pada hukum-hukum alam yang serba eksak dianggap sebagai ciptaan dan pengejawantahan
keagungan Tuhan. Makna hidup (the meaning of life) merupakan motivasi
utama manusia untuk meraih taraf kenidupan bermakna (the meaningfutt life).
Upaya
manusia untuk meraih taraf kehidupan bermakna itu pada dasarnya adalah respon
yang merupakan manifestasi dari makna kehidupan. Ada beberapa kecenderungan
yang melahirkan makna kehidupan, yaitu:
Pertama,
kecenderungan
material. Kecenderungan ini memberi makna kehidupan di dunia untuk dinikmati
sepuas-pusanya, karena hanya dialami sekali, mati merupakan sesuatu yang tidak
perlu dipersoalkan sekarang. Kecenderungan ini menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan sebanyakbanyaknya uang, yang kalau tidak sangat penting maka tidak
perlu dibagi
dengan
orang lain.
Kedua,
kecenderungan
psikologis. Kecenderungan ini memberi makna kehidupan untuk meemperoleh ketenangan
psikologis, sehingga usaha mengejar kesejahteraan material dilakuakn
secukupnya, dengan dibatasi hanya mengejar yang tidak menimbulkan rasa gelisah
dan tak aman.
Ketiga,
keeenderungan
spiritual, yakni kesenderungan yang memberikan makna kehidupan di dunia sekedar
menumpang lewat untuk memasuki kehidupan abadi di akhirat Hidup dalam konteks ini,
hanya diisi untuk mempersiapkan diri menuju kehidupan yang abadi dengan
beribadat dan beramal dengan seluruh harta kekayaan, tenaga dan pikiran yang dimilikinya.
Di antara bahkan untuk kehidupan sehari-hari dari segi material diserahkan
kepada TUian yang akan memberikan rezki melalui orang lain.
Dan
keempat, kecenderungan berupa keseimbangan antara material, psikologis
dan spiritual. Orang yang memiliki kecenderungan ini berusaha untuk mengejar
kesejahteraan material dilakukan dengan gigih. Dengan keberhasilan itu dalam
setiap kesempatan, kemampuannya itu dipergunakan untuk membantu dan menolong
orang lain, sebagai wujud kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi. Bersamaan
dengan itu, kehidupannya pun dipenuhi dengan kesungguhan dan ketekunan
menjalankan ibadah kepada Tuhan.
Realitas
empat kecenderungan ini menunjukkan bahwa betapa variasinya makna hidup itu.
Betapapun variasinya makna hidup bagi seseorang, yang pasti adalah, pertanyaan
tentang apa makna kehidupan mnngandaikan adanya orang (manusia) tempat makna kehidupan
itu bersandang, karena makna adalah untuk seseorang. Seandainya tak seorang
manusia pun pernah hidup di dunia ini, dunia memang tetap memiliki karakter,
sejarah, durasi, tatanan dan arah tertentu, tapi tidak bisa memiliki makna.
Jika dunia ini tidak pernah didiami manusia dan sejarah serta durasi dunia
tidak "diketahui", tapi tetap dapat dipastikan keberadaannya.
Sumber:
Andewi Suhartini
Kenyataan begitu
BalasHapus