Kamis, 29 Desember 2016

Mencairnya Es di Kutub Sebagai Bencana




Pemanasan global akan berdampak juga pada semakin naiknya permukaan air laut. Kenapa? Karena bumi memiliki berjuta-juta kubik es yang sewaktu-waktu bisa mencair menjadi air. Cadangan air terbesar di Bumi bisa jadi bukan dalam bentuk cadangan air di bawah permukaan bumi melainkan dalam bentuk es di kutub utara dan di kutub selatan. Terdapat jutaan
kubik air yang terperangkap dalam bentuk es di kutub utara dan kutub selatan. Es yang ada dikutub tersebut merupakan objek yang paling rentan terhadap pemanasan global.

Apalagi menurut penelitian yang dikeluarkan IPCC tertulis bahwa pemanasan global terjadi lebih besar di daerah kutub disbanding di daerah khatulistiwa. Jika di daerah tropis suhu naik 0.1°C, maka di daerah kutub bisa mencapai 8°C. Artinya es Kutub Utara dan Kutub Selatan akan lebih cepat mencair.

Akibat pemanasan global, es abadi yang terdapat di samudera Artik telah menciut sekitar 14 % dari yang ada sebelumnya dan itu setara dengan luas negara Turki! Menurut penelitian Dr. Mark Serreze, sebagaimana yang dirilis oleh BBC, kawasan Artik kehilangan 2 juta km2 persegi esnya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Para ilmuwan yang meneliti perubahan lapisan es di Benua Antartika juga menemukan bukti bahwa pemanasan global menyebabkan runtuhnya lapisan es di Antartika. Pemanasan global telah membuat lapisan es Larsen B pada tahun 2002 pecah dan jatuh ke lautan. Lapisan es yang jatuh ini sebesar 3.250 km persegi atau setara dengan luas negara Luxemburg.

Sebagai bahan pembanding, dulu pada saat bumi masih berada di zaman es, pernah juga terjadi pemanasan global yang membuat beberapa lapisan es di kutub utara mencair. Lantas apa yang terjadi akibat mencairnya lapisan es tersebut? Alhasil, Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan yang dulunya merupakan daratan yang satu sekarang terpisah-pisah menjadi beberapa pulau yang berbeda. Daratan ini terpisah-pisah karena es yang mencair membuat tingkat ketinggian air di permukaan bumi menjadi meningkat. Naiknya air laut diperkirakan sebesar 200 meter. Jadi yang kita kenal dengan nama laut jawa itu, sebenarnya dulunya adalah dataran rendah yang tenggelam gara-gara air naik hingga 200 meter.

Dulu, pemanasan global yang terjadi masih normal dan natural. Coba bandingkan dengan pemanasan global yang terjadi sekarang dimana intervensi manusia terhadap pemanasan global
begitu nyata. Akibat ulah manusia, hanya dalam tempo satu abad, berapa banyak es yang mencair akibat pemanasan global yang terjadi sekarang. Dalam kondisi normal seperti zaman es saja sudah membuat pulau Jawa sama Kalimantan terpisah. Apalagi dalam kondisi pemanasan global seperti sekarang ini. Ancaman tentu akan lebih menakutkan lagi.

Selain itu, dulu manusia juga belum ada. Meskipun ada, pasti jumlahnya masih sedikit. Nah sekarang, populasi manusia sudah lebih dari 6 miliar. Dari enam milyar penduduk bumi, ternyata mayoritas berada di daerah dataran rendah dan di pesisir pantai. Lihat saja, kota-kota besar di dunia biasanya berada di pinggir pantai atau paling tidak di daratan rendah. Bisa-bisa akibat kenaikan permukaan air laut, banyak kota-kota besar yang menjadi tempat bernaung jutaan manusia terancam tenggelam. Ujung-ujungnya, manusia sendiri juga terancam.

Di sebuah pulau di Samudra Pasifik sudah ada ratusan penduduk yang memindahkan lokasi desa mereka ke pulau lain karena desa mereka yang ada di pesisir pantai sudah tidak layak huni akibat naiknya permukaan air laut membuat desa mereka tenggelam. Pohonpohon kelapa yang ada di pinggir pantai telah terendam air dan para penduduk Pulau Tegua, Vanuatu, mulai membongkar rumah kayunya dan berpindah ke pulau di dekatnya yang 600 meter lebih tinggi. Bahkan dua pulau tak berpenghuni di Kiribati yakni Tebua Tarawa dan Abenuea sudah tenggelam sejak 1999.24 Untung disitu tidak ada penduduknya.

Namun parahnya, mencairnya es di Kutub Utara yang jelasjelas mengakibatkan kenaikan air laut ternyata memberikan keuntungan kepada segelintir manusia yang tidak bertanggung jawab. Banyak yang melihat melelehnya es di kawasan kutub sebagai kesempatan dalam kesempitan untuk melakukan eksplorasi minyak. Kenapa ekplorasi minyak? Menurut penelitian terbaru diperkirakan 25% cadangan minyak dunia ada di dasar Samudra Artik. Jadi, dengan mencairnya es di kutub utara, semakin memudahkan proses eksplorasi minyak bumi. Jadi, siapa lagi kalau bukan perusahaanperusahaan minyak yang akan mendapat berkah akibat mencairnya
es di kutub. Gila! Masih ada aja ya, ada manusia yang mengambil kesempatan dalam kemelaratan orang lain.

Selain itu, semakin mencairnya samudera Artik semakin menciptakan perairan yang bebas es. Perairan bebas es di Samudera Artik akan membuka jalur pelayaran baru yang disebut sebagai lintasan Barat Laut. Diperkirakan pada tahun 2030 lintasan ini akan menjadi kenyataan. Dengan adanya lintasan ini, maka perdagangan internasional dari Eropa ke Asia yang selama ini harus mengitari Amerika ataupun Asia bisa dipersingkat dengan menggunakan lintasan ini. para eksportir dan importir tentu akan lebih murah dan cepat bila menggunakan jalur ini. Tentu saja, ada beberapa pihak yang akan diuntungkan dengan adanya jalur ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar