Indonesia sendiri tidak kalah
menderitanya dari Bangladesh, Maladewa, dan Mesir. Sebagai negara kepualauan
seperti Maladewa, ancaman dari pemanasan global tentunya akan sangat berdampak bagi
Indonesia. Belum lagi letak Indonesia yang berada di khatulistiwa membuat
Indonesia yang sudah panas, akan menjadi lebih panas dibandingkan sebelumnya.
Indonesia telah mengalami peningkatan
suhu sebesar 0,3°C semenjak tahun 1990. Selain itu pola curah hujan semakin
tidak menentu akibat perubahan iklim. Beberapa kota besar di Indonesia merupakan
korban paling parah dari pemanasan global. Di kotakota seperti Jakarta,
Surabaya, dan Medan rata-rata suhu udara bisa mencapai 35-37°C.
Di beberapa tempat di Indonesia,
pemanasan global membuat musim hujan dan musim kemarau menjadi tidak
karu-karuan. Bisabisanya, waktu musim kemarau sering terjadi hujan lebat. Tidak
karu-karuannya musim di Indonesia sering menimbulkan banjir dan longsor. Sementara
di sebagian tempat lain di Indonesia, waktu musim hujan, hujan tidak kunjung
tiba. Sedangkan waktu musim kemarau, panasnya minta ampun. Alhasil curah hujan
pun menurun sehingga berdampak pada terjadinya kekeringan di wilayah-wilayah
tersebut.
Baru-baru ini di Jakarta dan beberapa
kota lain yang ada di Indonesia bagian Barat, secara bertubi-tubi banjir dan
tanah longsor terus melanda dan menyerang. Akibatnya, terjadi inefisiensi dalam
aktivitas ekonomi karena banyak aktivitas ekonomi yang terhambat oleh banjir
dan tanah longsor. Berbeda 180 derajat dengan di Indonesia bagian Barat, di
beberapa daerah Indonesia bagian timur, malah sering terjadi kemarau panjang
yang berdampak pada munculnya
kekeringan. Kekeringan ini menjadi awal bagi munculnya kelaparan
akut di beberapa wilayah di Indonesia Timur. Kacaunya pola cuaca akibat semakin
tidak menentunya arah arus el nino dan el nina akan berdampak pada kepada
terjadinya anomali cuaca yang berujung kepada munculnya badai tropis.
Sekali lagi, patut diingat hampir
seluruh kota-kota besar di Indonesia merupakan kota-kota yang terletak di
pesisir pantai. Mayoritas daerah Jakarta sendiri terletak hanya beberapa meter diatas
permukaan laut. Tentu kenaikan air laut akan mengancam tidak hanya masyarakat
nelayan melainkan juga masyarakat perkotaan. Kenaikan air laut jelasakan
memperburuk kualitas air tanah di perkotaan, karena intrusi atau perembesan air
laut yang kian meluas. Jika kita tidak bertindak, maka tahun 2070, 50% dari penduduk
Jakarta Utara tidak lagi memiliki sumber air minum.
Perubahan iklim secara nyata juga
berdampak terhadap kerawanan (vulnarabilities) masyarakat Indonesia
terlebih dalam aspek sosial dan ekonomi. Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia
telah memetakan setidaknya terdapat tiga sektor yang akan sangat rawan akan
dampak dari perubahan iklim. Sektor-sektor yang sangat rawan terhadap perubahan
iklim adalah sektor perikanan, sector pertanian, dan sektor kesehatan.
Dalam sektor perikanan, perubahan
iklim berdampak terhadap perubahan komposisi ikan di laut Indonesia. Tak hanya
itu, memanasnya air laut akan sangat berdampak terhadap kehidupan jenis ikan
tertentu yang sensitif terhadap kenaikan suhu air laut. Jelas hal ini akan
berakibat kepada terjadinya migrasi ikan ke daerah yang lebih dingin. Akhirnya,
Indonesia akan kehilangan beberapa jenis ikan yang dapat menjadi sumber
pemasukan negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar