Kamis, 29 Desember 2016

Indonesia: Dari Surga (Akan) Menjadi Neraka



Indonesia sendiri tidak kalah menderitanya dari Bangladesh, Maladewa, dan Mesir. Sebagai negara kepualauan seperti Maladewa, ancaman dari pemanasan global tentunya akan sangat berdampak bagi Indonesia. Belum lagi letak Indonesia yang berada di khatulistiwa membuat Indonesia yang sudah panas, akan menjadi lebih panas dibandingkan sebelumnya.

Indonesia telah mengalami peningkatan suhu sebesar 0,3°C semenjak tahun 1990. Selain itu pola curah hujan semakin tidak menentu akibat perubahan iklim. Beberapa kota besar di Indonesia merupakan korban paling parah dari pemanasan global. Di kotakota seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan rata-rata suhu udara bisa mencapai 35-37°C.

Di beberapa tempat di Indonesia, pemanasan global membuat musim hujan dan musim kemarau menjadi tidak karu-karuan. Bisabisanya, waktu musim kemarau sering terjadi hujan lebat. Tidak karu-karuannya musim di Indonesia sering menimbulkan banjir dan longsor. Sementara di sebagian tempat lain di Indonesia, waktu musim hujan, hujan tidak kunjung tiba. Sedangkan waktu musim kemarau, panasnya minta ampun. Alhasil curah hujan pun menurun sehingga berdampak pada terjadinya kekeringan di wilayah-wilayah tersebut.

Baru-baru ini di Jakarta dan beberapa kota lain yang ada di Indonesia bagian Barat, secara bertubi-tubi banjir dan tanah longsor terus melanda dan menyerang. Akibatnya, terjadi inefisiensi dalam aktivitas ekonomi karena banyak aktivitas ekonomi yang terhambat oleh banjir dan tanah longsor. Berbeda 180 derajat dengan di Indonesia bagian Barat, di beberapa daerah Indonesia bagian timur, malah sering terjadi kemarau panjang yang berdampak pada munculnya
kekeringan. Kekeringan ini menjadi awal bagi munculnya kelaparan akut di beberapa wilayah di Indonesia Timur. Kacaunya pola cuaca akibat semakin tidak menentunya arah arus el nino dan el nina akan berdampak pada kepada terjadinya anomali cuaca yang berujung kepada munculnya badai tropis.

Sekali lagi, patut diingat hampir seluruh kota-kota besar di Indonesia merupakan kota-kota yang terletak di pesisir pantai. Mayoritas daerah Jakarta sendiri terletak hanya beberapa meter diatas permukaan laut. Tentu kenaikan air laut akan mengancam tidak hanya masyarakat nelayan melainkan juga masyarakat perkotaan. Kenaikan air laut jelasakan memperburuk kualitas air tanah di perkotaan, karena intrusi atau perembesan air laut yang kian meluas. Jika kita tidak bertindak, maka tahun 2070, 50% dari penduduk Jakarta Utara tidak lagi memiliki sumber air minum.

Perubahan iklim secara nyata juga berdampak terhadap kerawanan (vulnarabilities) masyarakat Indonesia terlebih dalam aspek sosial dan ekonomi. Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia telah memetakan setidaknya terdapat tiga sektor yang akan sangat rawan akan dampak dari perubahan iklim. Sektor-sektor yang sangat rawan terhadap perubahan iklim adalah sektor perikanan, sector pertanian, dan sektor kesehatan.

Dalam sektor perikanan, perubahan iklim berdampak terhadap perubahan komposisi ikan di laut Indonesia. Tak hanya itu, memanasnya air laut akan sangat berdampak terhadap kehidupan jenis ikan tertentu yang sensitif terhadap kenaikan suhu air laut. Jelas hal ini akan berakibat kepada terjadinya migrasi ikan ke daerah yang lebih dingin. Akhirnya, Indonesia akan kehilangan beberapa jenis ikan yang dapat menjadi sumber pemasukan negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar