“Ya Allah,
aku serahkan diriku kepada-Mu dan aku hadapkan wajahku kepada-Mu dan aku
serahkan semua urusanku kepada-Mu dan aku bentangkan punggungku di hadapan-Mu
dengan penuh harapan dan rasa takut dari-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan
(meminta) keselamatan melainkan kepada-Mu, aku beriman kepada kitab yang Engkau
telah turunkan dan Nabi yang Engkau telah utus”
Pernahkah
Anda bermimpi? bagaimana proses terjadinya mimpi? pertanyaan yang sederhana
tapi susah menjawabnya. semua orang pasti pernah mengalami sebuah mimpi atau
biasa di sebut dengan bunga tidur. Sepertiga umur manusia dihabiskan untuk
tidur. Selama tidur, tubuh manusia beristirahat dan otak mengolah informasi
yang diserap di sepanjang hari sebelumnya. Tidur adalah kegiatan alami dan
penting, sebagai dari daur bangun dan tidur selama 24 jam. Tidur adalah keadaan
alih kesadaran dimana seseorang dapat dibangunkan dengan mudah dari tidurnya.
Dengan tidur tersebut maka akan mengalami sebuah mimpi. mimpi adalah sebuah
refleksi dari keinginan pikir bawah sadar manusia yang tidak dapat terwujud di
dunia nyata.
Mimpi
biasanya didefinisikan sebagai proses dari bayangan, perasaan, pergerakan, dan
pikiran yang kita alami saat tertidur. Mimpi dapat dialami pada setiap fase
dalam tidur kita, dan tidak harus selalu melibatkan rangsang tertentu (misalnya
rangsangan Visual). Mimpi disebabkan oleh proses biologis internal dalam tubuh.
Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa sel otak besar pada bagian belakang otak secara
periodic pecah dalam selang waktu sekitar 90 menit dan mengirim rangsangan
(stimuli) yang bersifat random ke bagian korteks (batang) pada otak. sebagai
akibatnya, bagian memori, sensorik, control saraf, dan kesadaran pada otak
terstimulasi secara acak yang berdampak adanya rangsangan pada puncak bagian
korteks pada otak. menurut penelitian ini, proses di atas mengakibatkan kita
mengalami apa yang kita sebut sebagai mimpi.
Sebagian
psikoterapis berpendapat bahwa saat rangsangan neurology dari otak memicu
proses terjadinya mimpi, isi atau representasi dalam mimpi dapat berasal dari
kebutuhan, keinginan, atau harapan dari pikiran bawah sadar dan kehidupan
sehari-hari pada orang yang mengalami mimpi tersebut.
Penjelasan
ini dikenal sebagai penjelasan “phenomenological-clinical”, atau “top-down”. di
lain pihak, penjelasan neurology atau “bottom-up”, menyatakan bahwa mimpi sama
sekali tidak memiliki arti khusus. Di antara keduanya terdapat pendekatan yang
disebut “context analysis”.
Nathaniel
Kleitman pada tahun 1953 membuat suatu penemuan penting mengenai fase REM
(Rapid Eye Movement) dalam tidur. fase ini ditandai dengan pergerakan bola mata
yang cepat secara periodic yang terjadi baik pada manusia maupun hewan saat
tertidur. dalam sebuah penelitian yang melibatkan sukarelawan sebagai subjek
penelitian, saat tidur subjek penelitian dihubungkan dengan peralatan-peralatan
EEG (Electro Encephalo Gram : pengukur gelombang otak), EGM (Electro Myo Gram :
pengukur pergerakan otot), dan EOG (Elektr Oculo Gram : pengukur gerakan bola
mata.
Sekitar 90%
subjek yang dibangunkan dari tidur saat mengalami fase REM melaporkan bahwa mereka
mengalami mimpi (sekitar 60% sunjek yang dibangunkan sebelum mengalami fase REM
juga melaporkan mengalami aktifitas mirip mimpi dalam tidurnya). Sebelum adanya
penelitian mengenai REM, masih belum diketahui persis seberapa sering manusia
bermimpi dalam tidurnya). sebelum adanya penelitian mengenai REM, masih belum
diketahui persis seberapa sering manusia bermimpi.
Melalui
riset laboratorium mengenai mimpi, subjek dibangunkan dari tidurnya setelah
mengalami fase REM untuk diteliti aktifitas mentalnya selama tidur secara
seksama. manusia diketahui mengalami mimpi pada setiap malam.
Pada
manusia dewasa, mimpi biasanya berlangsung pada sekitar 90 menit setelah
tertidur dan terjadi lagi setiap 90 menit dengan durasi yang lebih lama, selama
total 2 jam fase REM dalam tidur malam. dengan rata-rata 5 mimpi tiap malam,
manusia rata-rata mengalami 136.000 impian sepanjang hidupnya dengan waktu yang
setara dengan 6 tahun fase REM dalam tidur.
saat
mengalami mimpi dalam fase REM, manusia mengalami peningkatan pada detak
jantung, pernafasan, tekanan darah, konsumsi oksigen, dan penegeluaran getah
lambung. tidur. Tidur fase REM biasanya disebut sebagai tidur paradoks karena
memiliki karakteristik seperti tidur
fase awal (light sleep ) dan tidur fase lanjut (deep sleep) sekaligus.
berdasarkan pengukuran pada EEG, fase REM adalah tidur fase awal (tingkat I),
sedangkan berdasarkan pengukuran EMG merupakan tidur fase lanjut (tingkat IV),
karena sebagain besar otot seolah-olah dilumpuhkan secara bersamaan untuk
mencegah si mimpi secara fisik melakukan
apa yang diimpikannya (misalnya berjalan sambil tidur). 20% hingga 25% waktu
tidur kita digunakan untuk mimpi. kita mimpi berkali-kali dalam semalam dan
setiap mimpi itu waktunya antara 5
sampai dengan 40 menit. walaupun demekian bayi bisa mimpi sampai delapan jam,
maklum bayi tidurnya juga jauh lebih lama. kita jarang bisa mengingat mimpi,
sebab pengalaman mimpi kita pada umumnya di simpan dalam otak sementara yang
hanya bisa di ingat antara 5 hingga 10 menit saja.
Pada saat
kita mimpi otak tempat di mana biasanya kita berfikir (prefrontal cortex) itu
tidak aktif sama seperti lumpuh, sebab mimpi terjadinya hanya di bagian depan
otak kita (forebrain) oleh sebab itulah kita tidak bisa mengendalikan jalan
arusnya mimpi kita. kita tidak akan pernah bisa mengatur ingin mimpi apa?
maka sebaiknya sebelum tidur harap berwudhu (dalam kondisi suci dari hadas),
mengibaskan (membersihkan tempat tidur), lalu tidur di atas lambung sebelah
kanan, dan berdoa. itu semua sesuai sunnah rasul.
"Dialah yang telah menjadikan
malam bagi kalian supaya kalian beristirahat padanya dan (menjadikan) siang
terang benderang (supaya kalian mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah I) bagi orang-orang yang
mendengar” (TQS. Yunus: 67)
Sumber: Ellayin Farida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar