Kamis, 29 Desember 2016

Afrika yang Sedang Sekarat



Kalau mau dibandingkan dengan apa yang terjadi di Afrika, boleh dikatakan bahwa dampak perubahan iklim di Indonesia belum ada apa-apanya dibandingkan dengan dampak perubahan iklim di Benua hitam ini. Menurut laporan yang dikeluarkan koalisi NGO Inggris untuk lingkungan, ditemukan bahwa fenomena perubahan iklim telah membunuh jutaan populasi Afrika dalam satu dekade. Cara yang dilakukan perubahan iklim dalam membunuh orang-orang Afrika sangat beragam. Mulai dari kelaparan yang mematikan sampai kehausan yang amat sangat. Keseluruhannya merupakan dampak dari perubahan iklim.

Di saat orang-orang di negara-negara yang makmur memberikan makanan kepada hewan piaraan mereka sebanyak tiga kali sehari, maka orang-orang Afrika perlu menunggu selama seminggu untuk merasakan kenyang sebagaimana hewan piaraan di negara-negara makmur merasa kekenyangan. Mungkin kamu juga salah satu orang yang beruntung dapat hidup dengan makanan yang berlimpah di sekelilingmu. Maka seharusnya kamu bersyukur karena orang Afrika saja ter kadang harus saling membunuh dulu antar sesamanya hanya untuk memperebutkan sepiring nasi.

Perubahan iklim telah membuat iklim di Afrika semakin lama semakin panas. Afrika yang semakin panas ini menyulitkan orang Afrika untuk menanam apa pun yang bisa dimakan. Alhasil orang Afrika tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri yang merupakan basic needs jika mau terus hidup di dunia. Karena tidak bisa memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri, orang Afrika tidak akan pernah bisa mengakhiri mimpi buruk kemiskinan yang mereka hadapi.

Sebenarnya sederjana saja untuk membuktikan apakah suatu masyarakat dapat dikatakan miskin atau tidak. Tidak usah memperdebatkan apakah kemiskinan itu di bawah sepuluh ribu rupiah perhari atau dua dollar per hari. Tidak penting. Lihat saja, apakah mereka dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-harinya seperti makan dan minum. Jika belum terpenuhi, maka mereka termasuk orang miskin.

Sebagai informasi, jenis kelaparan dilihat dari penyebabnya dapat dibagi menjadi dua, yang pertama starvation dan yang kedua famine. Famine itu adalah jenis kelaparan dimana ada orang yang kelaparan padahal dua ratus meter dari tempat ia kelaparan terdapat restoran mahal. Kalau starvation adalah kondisi dimana terdapat orang kelaparan karena tidak ada makanan di sekelilingnya. Kelaparan model pertama karena tidak adanya akses terhadap makanan yang kedua kelaparan model kedua karena memang tidak ada makanan. Di Afrika yang terjadi adalah model yang kedua. Artinya, memang susah sekali mencari makanan di Afrika sedangkan penduduknya banyak.

Belum lagi fakta bahwa 70% orang Afrika bermata pencaharian di sektor pertanian. Pemanasan global tentu sangat berdampak terhadap sektor ini. Kalau orang Afrika banyak yang bermata pencaharian sebagai penyedia jasa seperti di Singapura tentu pemanasan global tidak akan terlalu berpengaruh. Tapi masalahnya orang Afrika mayoritas adalah petani sehingga pemanasan global akan berpengaruh sekali terhadap mereka.

Andrew Simms dalam laporannya mengenai Afrika mengatakan bahwa Pemanasan Global telah membuat kehidupan 25 juta orang yang tinggal di Sub-Saharan Afrika (Afrika Barat Laut) menghadapi ancaman kematian akibat kelaparan. Dalam kasus Sub-Sahara Afrika, ternyata Pemanasan global memiliki dua dampak yang saling bertolak belakang. Pertama ia membuat daerah yang panas menjadi semakin panas dan kedua ia membuat daerah yang lembab menjadisemakin lembab.

Jadi, pemanasan global berakibat kepada dua hal yang secara ekstrem bertolak belakang yakni kekeringan yang amat sangat dan naiknya curah hujan yang membuat daerah-daerah tertentu kebanjiran. Meski bertolak belakang, kedua dampak dari pemanasan global ini akan membawa kepada kematian jutaan umat manusia dan makhluk hidup lainnya.

Memang aneh dunia tempat kita tinggal ini. Benua Afrika adalah benua yang paling sedikit berkontribusi dalam pemanasan global. Tapi Benua Afrikalah yang harus merenggang nyawa akibat pemanasan global. Sedangkan Negaranegara Eropa, Australia, dan Amerika Serikat yang memberikan kontribusi paling banyak terhadap pemanasan global, masih dapat menikmati indahnya hidup. Tidak pernah ada kekeringan, tidak pernah ada kebanjiran apalagi kelaparan.

Jika saja pemanasan global itu adalah bencana alam yang tidak bisa dihindari, maka satu-satunya cara yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa kepada Allah agar bencana ini ditarik kembali. Tapi pada kenyataannya, pemanasan global adalah bencana yang terjadi akibat ulah manusia terlebih manusia yang rakus. Jadi berdoa saja tidak cukup. Kita tidak boleh hanya mengatakan pasrah terhadap takdir. Semua penyelesaian terletak di pundak kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar