Aliran deisme yaitu suatu paham atau
aliran yang meyakini bahwa Tuhan jauh berada diluar alam. Tuhan menciptakan
alam dan memperhatikan alam tersebut. Alam telah dilengkapi dengan
peraturan-peraturan berupa hukum-hukum alam yang tetap dan tidak berubah, sehingga
secara mekanis akan berjalan dengan sendirinya. Tuhan ibarat pembuat jam (the
clookmaker) yang tidak campur tangan lagi dalam proses bergeraknya setelah
jam itu selesai dibuat. Seorang Deis tidak memandang suatu buku sebagai wahyu
tuhan dan tidak ikut serta dalam sembahyang kelompok/individual karna ia tidak
mau menyembah kepada Tuhan yang tidak hadir. Disebutkan bahwa karena alam
berjalan sesuai dengan mekanisme tertentu yang tidak berubah-ubah, maka dalam
deisme tidak terdapat konsep mukjizat-kejadian yang bertentangan dengan hukum
alam. Begitu juga wahyu dan doa dalam deisme tidak diperlukan lagi. Tuhan telah
memberikan akal kepada manusia, sehingga dia mampu mengetahui apa yang baik dan
apa yang buruk. Jadi menurut deisme manusia dan akalnya mampu mengurus
kehidupan dunia.
Para penganut teisme sepakat bahwa Tuhan
Esa dan jauh dari alam. Serta Maha Sempurna. Mereka juga sependapat bahwa tidak
melakukan interfensi pada alam lewat kekuat supernatural. Bagaimanapun, tidak
semua peganut deis setuju tentang keterlibatan Tuhan dalam dan kehidupan
sesudah mati. Menurut Amsal Bakhtiar, atas dasar perbedaan tersebut deisme
dapat digolongkan atas empat tipologi, seperti:
a.
Tuhan tidak terlibat dengan peraturan alam. Dia
menciptakan alam dan memprogramkan perjalanannya tetapi dia tidak menghiraukan
apa yang telah terjadi atau apa yang akan terjadi setelah penciptaan.
b.
Tuhan terlibat dengan kejadian-kejadian yang
sedang berlangsung di alam tetapi bukan mengenai perbuatan moral manusia.
Manusia memiliki kebebasan untuk berbuat baik atau buruk dan lain sebagainya.
Semuanya itu bukan urusan Tuhan.
c.
Tuhan mengatur alam dan sekaligus memperhatikan
perbuatan moral manusia. Sesungguhnya Tuhan ingin menegaskan bahwa manusia
harus tunduk pada hukum moral yang telah Tuhan tetapkan dijagad raya.
Bagaimanapun, manusia tidak akan hidup sesudah mati. Ketika seorang mati, maka
kehidupannya berakhir.
d. Tuhan
mengatur alam dan mengharapkan manusia mematuhui hukum moral yang berasal dari
alam. Pandangan ini berpendapat bahwa kehidupan setelah mati. Seseorang berbuat
baik akan dapat pahala dan berbuat jahat akan dapat hukuman.
Sumbangan pemikiran yang konstruktif terhadap pemikiran
keagamaan seperti antara lain: dalam konsepsi deisme adalah peranan akal
dikedepankan dalam memahami problem-problem agama secara lebih kritis misalnya
tentang kedudukan akal dalam membedakan mana mu’jizat yang sebenarnya dan mana
mu’jizat yang tidak sebenarnya. Dengan akal, seseorang mampu membedakan antara
keterangan yang benar dengan yang tidak benar. Dalam konsep deisme alam
berjalan secara sinerji. Keteraturan alam menurut keyakinan kepada pengatur
yang terampil. Dari konsep ini deisme mengakui adanya pengatur yang Maha
Sempurna, yaitu Tuhan.
Konsepsi deisme di atas juga memberikan
masukan konstruktif bagi pemikiran keagamaan, namun demikian deisme juga tidak
luput dari kritik dan kelemahan, seperti antara lain:
a.
Paham atau aliran deisme menolak mukjizat
padahal deisme mengakui bahwa Tuhan yang menciptakan alam dari tiada. Maksudnya
Tuhan mampu menciptakan air dari tidak ada kenapa deisme menolak kemampuan
Tuhan menjalankan seseorang diatas air. Pikiran ini dianggap tidak masuk akal
karena masalah yang lebih besar dan berat, Tuhan mampu melakukannya apalagi hal
yang lebih kecil, kata pengkritik deisme.
b. Selanjutnya
jika Tuhan menciptakan alam, tentu bertujuan untuk kebaikan makhluk-Nya. Untuk
mencapai tujuan tersebut Tuhan tidak membiarkan saja hasil ciptaan-Nya
terbengkalai. Dengan demikian, Tuhan selalu dekat dengan makhluk-Nya agar
selalu berjalan sesuai dengan petunjuk-Nya.
Sumber:
M. Baharudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar