Panteisme adalah suatu aliran atau
kepercayaan bahwa Tuhan berada dalam segala sesuatu dan bahwa segala sesuatu
adalah Tuhan. Tuhan disepadankan dengan segala sesuatu, karena kehadiran-Nya
yang langsung dan aktif di dunia ini mengenakan bentuk yang riil. Paham panteisme yang bersifat
personal menyatakan bahwa karena Tuhan sendiri yang benar-benar ada, maka apa
yang ada itu adalah Tuhan atau setidak-tidaknya suatu perwujudan dari Tuhan.
Terdapat pandangan lain yang menganggap Tuhan tidak personal, yakni sebagai
jiwa universal atau realitas total. Dalam pandangan ini semua wujud adalah pada
Tuhan. Panteisme baik yang bersifat personal maupun nonpersonal menganggap
eksistensi total sebagai realitas suci yang mengandung segala-galanya.
Konsepsi-konsepsi
panteisme dalam agama Islam, agama Krisen dan zaman modern.
a. Konsepsi
panteisme dalam agama Islam
Dalam
Islam paham panteisme ini dikenal dengan sebutan wahdat al-wujud (kesatuan
wujud) sebagai tokohnya adalah Ibnu Al-arabi. Antara paham wahdat al-wujud dan
paham panteisme, disamping memiliki persamaan juga terdapat perbedaan. Dalam
panteisme alam adalah Tuhan dan Tuhan adalah alam, sedangkan dalam wahdat
al-wujud alam bukan Tuhan, tetapi bagian dari Tuhan. Karena itu, dalam
paham wahdat al-wujud alam dan Tuhan tidak identik, sedangkan dalam
panteisme identik. Bagi penganut paham panteisme mengatakan, “itu Tuhan”,
sedangkan bagi penganut paham wadat ak-wujud mereka berkata, “dalam
pohon itu ada aspek ketuhanan”.
b. Konsepsi
panteisme dalam agama Kristen
Plotinis
adalah salah satu tokoh paham panteisme dalam agama Kristen, dan dia sebagai
tokoh panteisme emanasi, abad ke-3 masehi. Menurut Plotinus, alam mengalir dari
Tuhan dan berasal dari-Nya. Tuhan tidak terbagi-bagi dan tidak mengandung arti
banyak. Yang banyak mengalir dari yang satu melalui emanasi, yakni hanya satu
yang bisa keluar dari yang satu. Plotinus menegaskan bahwa hanya ada satu yang
wajib ada, sederhana, dan absolud. Dari yang satu keluar jiwa. Jiwa memikirkan
dirinya muncullah pengetahuan dan jiwa memikirkan Tuhan keluarlah materi
sebagai sumber yang banyak.
c. Konsepsi
panteisme zaman modern
Spinoza35
dianggap sebagai filosof berpaham panteisme modern. Paham panteismenya
tergambar dari pendapatnya yang menyatakan bahwa allah sama dengan alam sama
dengan sebstansi. Menurut Spinoza, seluruh realita merupakan kesatuan, dan
kesatuan ini,- sebagai satu-satunya substansi- itu sama dengan Allah dan Alam.
Selanjutnya Ia berpendapat segala sesuatu “termuat” dalam Allah-Alam, sebagai
tanda-tanda atas sehelai “kertas”. Allah ini sama dengan aturan kosmos.
Kehendak Allah, itu kehendak Alam, maka hukum-hukum alam itu kehendak Allah.
Penyelenggaraan itu sama dengan keperluan mutlak sama dengan nasib.
Disinilah
letak perbedaan antara teisme dengan panteisme dalam teisme Tuhan adalah zat
yang personal yang menciptakan alam, tetapi panteisme menganggap Tuhan adalah
kesatuan umum, yang mengungkapkan dirinya dalam alam. Dalam panteisme segala
sesuatu adalah Tuhan, tidak satupun yang tidak tercakup didalam-Nya dan tidak
satupun yang bisa berada tanpa Tuhan. Teisme tidak mengidentikkan Tuhan dengan
alam, alam berbeda dengan Tuhan sebab Tuhan adalah pencipta, sedangkan alam
adalah ciptaan-Nya. Antara pencipta dan yang dicipta tidak sama. Sebagaian
besar pengnut teisme sepakat bahwa alam diciptakan dari tidak ada, sedangkan
paham teisme mengatakan bahwa alam tercipta dari Tuhan.
Mukjizat
menurut panteisme tidak mungkin terjadi karena seluruhnya adalah Tuhan dan
Tuhan adalah seluruhnya. Seandainya mukjizat diartikan sebagai pristiwa yang
menyalahi hukum alam, maka hal tersebut tidak berlaku dalam panteisme sebab
Tuhan identik dengan alam. Oleh karena itu, tidak ada kekuatan dari luar yang
bisa mengganggu tatanan yang sudah ada.
Sebagaimana
teisme dan deisme panteismepun juga memberikan masukan konstruktif terhada
pemikiran keagamaan. Namun panteispun mempunyai kelemahan-kelemahan antara
lain:
a.
Panteisme diakui menyumbangkan pemikiran satu
pemikiran yang menyeluruh tetang sesuatu, parsial.
b.
Panteisme menekankan imanensi Tuhan sehingga
seseorang selalu sadar bahwa Tuhan selalu dekat dengan dirinya. Dengan
demikian, dia mampu mengusai diri dan berusaha berbuat sesuai dengan ketentuan
Tuhan.
Kelemahan-kelemahanya:
a.
Menurut panteisme, manusia adalah Tuhan,
sedangkan Tuhan dalam pandangan ini tidak berubah dan abadi. Realitanya,
manusia berubah dan tidak abadi. Karena itu, bagaimana manusia menjadi Tuhan,
ketika manusia berubah, sedangkan Tuhan tidak.
b.
Jika Tuhan adalah alam dan alam adalah Tuhan
sebagaimana dinyatakan oleh panteisme, tidak ada konsep kejahatan atau tidak
ada kemutlakan kejahatan dan kebaikan.
Kritik
terhadap panteisme di atas berasal dari para agamawan karena panteisme tidak
memperhatikan moral dan mu’jizat. Dalam agama Kristen, Islam dan Yahudi
kedudukan moral amat signifikan karena moral itulah yang menentukan nasib
manusia dikemudian hari nanti. Tanpa ada kejelasan antara yang baik dan tidak
baik, maka akhirat tidak maknanya. Kalau akhirat tidak bermakna, tentu tujuan
hidup orang-orang agama sama dengan kaum materialis.
Sumber:
M. Baharudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar