Kamis, 29 Desember 2016

Surga Itu Bernama Bumi



Yap. Selamat datang di planet biru. Planet berukuran mungil yang terdapat di bagian terluar dari galaksi Bima Sakti (banyak orang Eropa sebelum Copernicus beranggapan bumi adalah pusat alam semesta padahal kenyataannya bumi berada di tata surya yang posisinya paling pojok dalam galaksi bima sakti). Sebuah tempat dimana langitnya berwarna biru akibat gas nitrogen, lautannya berjenis air H20 (tidak seperti di Jupiter yang lautannya adalah gas amoniak), daratannya diliputi oleh hutan yang rindang serta padang rumput yang menentramkan. Belum lagi salju lembut yang terdapat di puncak-puncak tertinggi daratannya serta es-es abadi yang terletak di kutub-kutubnya.

Dari seluruh planet yang diketahui oleh manusia, tidak ada satu planet pun yang lebih indah daripada bumi. Si mungil biru ini bisa dikatakan surga bagi semua makhluk yang ada di dalamnya tanpa terkecuali manusia. Tanpa harus memakai alat-alat canggih, manusia dengan leluasa dapat hidup di bumi. Bumi menyediakan segalanya bagi manusia.

Bumi yang menjadi tempat pembuangan Adam dan Hawa dari surga bukanlah tempat yang saling bertolak belakang dengan surga. Dalam beberapa hal, bumi adalah cerminan dari surga tempat Adam dan Hawa sebelumnya tinggal. Jadi, jangan karena bumi ini tempat pembuangan Adan dan Hawa, serta-merta membuat bumi ini menjadi tempat penghukuman yang ancur dan beda jauh serartus delapan puluh derajat sama surga.

Keagungan penciptaan Bumi membuat ia menjadi salah satu bukti nyata dari keberadaan Allah. Boleh jadi, ada orang yang tidak percaya dengan yang namanya surga. Karena ia tidak percaya surge maka ia tidak percaya keberadaan Allah. Tapi sebenarnya tidak usah repot-repot untuk membuktikan adanya Allah. Bumi yang dihamparkan oleh Allah untuk kita ini merupakan bukti utama dan bukti nyata betapa zat yang bernama Allah tersebut benar-benar ada.

Bumi yang kita diami ini bukanlah suatu yang tercipta dengan sendirinya, melainkan diciptakan oleh sang Maha Pencipta dengan perhitungan yang sangat matang dan teliti. Ambil saja air sebagai contohnya. Dari seluruh benda kosmik yang diketahui, cuma bumi, planet yang 70% permukaannya ditutupi oleh air. Bayangkan saja jika planet bumi hanya 30% saja permukaannya yang ditutupi air?

Perhitungan lain yang benar-benar sempurna terdapat di udara. Udara yang ada di atmosfir terdiri dari empat gas utama yang menopang seluruh kehidupan yang ada di bumi. Pertama nitrogen dengan presentase 78%, dan oksigen dengan presentase 21%, selanjutnya argon dengan presentase kurang dari 1%, dan yang terakhir adalah karbon dioksida dengan presentase 0,03%. Takaran ini benar-benar sempurna sehingga jika terjadi perubahan sedikit saja, maka bukan kenyamanan yang ada di bumi melainkan bencana.

Coba bayangkan jika Oksigen yang reaktif terhadap proses pembakaran, presentasenya di udara lebih besar dari 21%? Maka yang terjadi adalah setiap ada percikan api meski sedikit, akan
menimbulkan bencana kebakaran yang sangat dahsyat. Tak heran, kebakaran akan terus menghantui bumi jika oksigen begitu melimpah di udara. Selain membuat Bumi menjadi lautan api, oksigen juga membuat proses oksidasi makin cepat. Jadi, bila kadar oksigen banyak, bisa-bisa seluruh benda yang ada di bumi ini luruh karatan akibat proses oksidasi.

Sebaliknya, jika kadar oksigen di udara kurang dari 21%, maka manusia dan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi akan mati lemas karena kekurangan oksigen. Bagaimana tidak mati lemas, wong semua makhluk hidup membutuhkan oksigen untuk bernafas.

Oksigen juga menghasilkan lapisan gas yang bernama ozon (O3). Sinar berbahaya ultraviolet yang diberikan matahari kepada kita dapat ditangkis oleh ozon yang terbentuk oleh tiga atom oksigen ini. Berkat ozon, jarang manusia yang terkena kanker kulit. Nah, bagaimana kalau jumlah oksigen itu kurang dari 21%?

Sama seperti oksigen, gas karbon dioksida merupakan gas yang paling penting bagi kehidupan yang ada di bumi. Meski jumlahnya sedikit, karbon dioksida memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Karbon dioksida membuat tumbuh-tumbuhan mampu menyerap radiasi dari matahari sehingga mereka dapat melakukan fotosintesis. Karbon dioksida juga sangat penting dalam proses pembentukan oksigen. Tanpa adanya gas Karbon dioksida, oksigen juga tidak pernah ada. Namun yang terpenting dari Karbon dioksida adalah fungsinya untuk menjaga bumi agar tetap hangat sehingga manusia tidak mati kedinginan.

Sama seperti dua gas sebelumnya, nitrogen yang jumlahnya paling banyak di udara merupakan gas yang sangat penting bagi keberlanjutan kehidupan di atas bumi. Patut diingat, nitrogen adalah unsur dasar yang pasti terdapat di setiap tubuh makhluk yang bernyawa. Jadi nitrogen sangat dibutuhkan oleh tubuh. Walaupun jumlahnya berlimpah, nitrogen tidak bisa langsung diserap oleh manusia. Yang bisa menyerap langsung nitrogen cuma bakteribakteri dan tumbuh-tumbuhan saja. Meski tidak dapat menyerap nitrogen langsungm tapi manusia tetap bisa mendapatkan nitrogen dengan cara memakan tumbuh-tumbuhan. Tanpa nitrogen, tumbuhtumbuhan akan segera punah karena tumbuh-tumbuhan sangat membutuhkan nitrogen. Kalau tumbuh-tumbuhan punah, pastinya manusia pun akan menyusul punah.

Selain komposisi gas yang seimbang di udara, bentuk muka bumi yang tidak rata juga bukan sesuatu yang kebetulan belaka. Di permukaan bumi, ada yang namanya gunung, lembah, bukit, pegunungan, daratan tinggi, dataran rendah dan lain sebagainya. Banyak yang tidak menyangka jika bentuk muka bumi yang tidak datar ini merupakan mekanisme terpenting bagi kelangsungan hidup manusia.

Kenapa? Sebelum menjawab pertanyaan itu, kita harus terlebih dulu sepakat bahwa udara/angin bergerak dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah yang berarti udara bergerak dari tempat yang dingin menuju tempat yang panas. Perbedaan suhu antara tempat terdingin di bumi (daerah kutub) dengan tempat terpanas (daerah khatulistiwa) bisa mencapai lebih dari puluhan derajat celcius. Di permukaan yang datar, perbedaan suhu ini akan menghasilkan badai dengan kekuatan 1000 km/jam. Badai secepat ini akan meluluhlantakkan segala apa yang dilaluinya.

Namun alhamdulillah bumi bukanlah daratan dengan permukaan yang datar. Karena bentuk muka bumi yang tidak rata, arus udara akibat perbedaan panas dapat dihalangi. Badai super besar ini tidak pernah terjadi karena terhalangi oleh ribuan gunung yang ada di bumi. Mulai dari pegunungan Alpen, Ural, Himalaya, sampai gunung-gunung seperti Jaya Wijaya, Sumeru, dan Pangrango, semuanya membuat arus udara tersebut tidak berubah menjadi sebuah bencana.

Berkaitan dengan masalah badai, takaran lain yang ditetapkan oleh Allah sehingga bumi ini layak untuk dihuni adalah sumbu bumi yang tidak benar-benar tegak lurus melainkan miring sejauh 23,3 derajat dari bidang orbitnya. Kemiringan ini berperan memperlemah arus angin. Bila saja bumi ini benar-benar tegak lurus pada orbitnya bisa-bisa bumi akan terus mengalami badai maha dahsyat. Selain menahan arus angin, sumbu bumi yang miring ini membuat suhu yang ada di dua kutub selalu berubah-ubah. Konsekuensinya tentu terdapat empat musim di daerah kutub. Perubahan musim yang terjadi setiap tahun membuat daerah di kutub utara dan selatan tidak mengalami perubahan suhu yang besar. Bayangkan saja jika musim dingin dikutub utara tiba-tiba berubah menjadi musim dingin tanpa melalui musim semi yang hangat? Jika sumbu bumi tidak miring, perubahan suhu antara daerah di khatulistiwa dan daerah kutub akan meningkat hebat. Kondisi atmosfir seperti ini hanya akan membuat bumi menjadi neraka yang tidak dapat dihuni oleh satu pun makhluk hidup.

Allah berfirman:”Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan serta pohon-pohonan keduaduanya tunduk kepadan-Nya. Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” (Ar- Rahman: 5-9).

Ayat tersebut mengisyaratkan betapa bumi ini diciptakan dalam sebuah alur kesimbangan kosmis dimana dalam keseimbangan inilah manusia beserta seluruh makhluk hidup lainnya dapat hidup dengan nyaman. Takaran yang ditetapkan Allah pun semakin mengukuhkan betapa bumi ini memang surga yang diciptakan untuk manusia. Jarak yang pas dengan matahari, kemiringan sumbu bumi, kecepatan rotasi bumi, air yang melimpah, kadar gas di udara, dan takaran lain yang begitu banyaknya merupakan tanda kebesaran Allah bagi manusia yang emang mau memikirkannya. Tapi memikirkan saja belum cukup, tanda-tanda kebesaran yang kita lihat tersebut kudu direfleksikan (bahasa kerennya ditadaburri) sehingga kita dapat memberikan sumbangsih bagi kelestarian tanda-tanda tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar