Yap. Selamat datang di planet biru. Planet
berukuran mungil yang terdapat di bagian terluar dari galaksi Bima Sakti (banyak
orang Eropa sebelum Copernicus beranggapan bumi adalah pusat alam semesta
padahal kenyataannya bumi berada di tata surya yang posisinya paling pojok dalam
galaksi bima sakti). Sebuah tempat dimana langitnya berwarna biru akibat gas
nitrogen, lautannya berjenis air H20 (tidak seperti di Jupiter yang lautannya
adalah gas amoniak), daratannya diliputi oleh hutan yang rindang serta padang
rumput yang menentramkan. Belum lagi salju lembut yang terdapat di puncak-puncak
tertinggi daratannya serta es-es abadi yang terletak di kutub-kutubnya.
Dari seluruh planet yang diketahui
oleh manusia, tidak ada satu planet pun yang lebih indah daripada bumi. Si
mungil biru ini bisa dikatakan surga bagi semua makhluk yang ada di dalamnya
tanpa terkecuali manusia. Tanpa harus memakai alat-alat canggih, manusia dengan
leluasa dapat hidup di bumi. Bumi menyediakan segalanya bagi manusia.
Bumi yang menjadi tempat pembuangan
Adam dan Hawa dari surga bukanlah tempat yang saling bertolak belakang dengan
surga. Dalam beberapa hal, bumi adalah cerminan dari surga tempat Adam dan Hawa
sebelumnya tinggal. Jadi, jangan karena bumi ini tempat pembuangan Adan dan
Hawa, serta-merta membuat bumi ini menjadi tempat penghukuman yang ancur dan
beda jauh serartus delapan puluh derajat sama surga.
Keagungan penciptaan Bumi membuat ia
menjadi salah satu bukti nyata dari keberadaan Allah. Boleh jadi, ada orang
yang tidak percaya dengan yang namanya surga. Karena ia tidak percaya surge maka
ia tidak percaya keberadaan Allah. Tapi sebenarnya tidak usah repot-repot untuk
membuktikan adanya Allah. Bumi yang dihamparkan oleh Allah untuk kita ini
merupakan bukti utama dan bukti nyata betapa zat yang bernama Allah tersebut
benar-benar ada.
Bumi yang kita diami ini bukanlah
suatu yang tercipta dengan sendirinya, melainkan diciptakan oleh sang Maha
Pencipta dengan perhitungan yang sangat matang dan teliti. Ambil saja air
sebagai contohnya. Dari seluruh benda kosmik yang diketahui, cuma bumi, planet
yang 70% permukaannya ditutupi oleh air. Bayangkan saja jika planet bumi hanya
30% saja permukaannya yang ditutupi air?
Perhitungan lain yang benar-benar
sempurna terdapat di udara. Udara yang ada di atmosfir terdiri dari empat gas
utama yang menopang seluruh kehidupan yang ada di bumi. Pertama nitrogen dengan
presentase 78%, dan oksigen dengan presentase 21%, selanjutnya argon dengan
presentase kurang dari 1%, dan yang terakhir adalah karbon dioksida dengan
presentase 0,03%. Takaran ini benar-benar sempurna sehingga jika terjadi
perubahan sedikit saja, maka bukan kenyamanan yang ada di bumi melainkan
bencana.
Coba bayangkan jika Oksigen yang
reaktif terhadap proses pembakaran, presentasenya di udara lebih besar dari
21%? Maka yang terjadi adalah setiap ada percikan api meski sedikit, akan
menimbulkan bencana kebakaran yang sangat dahsyat. Tak heran, kebakaran
akan terus menghantui bumi jika oksigen begitu melimpah di udara. Selain
membuat Bumi menjadi lautan api, oksigen juga membuat proses oksidasi makin cepat.
Jadi, bila kadar oksigen banyak, bisa-bisa seluruh benda yang ada di bumi ini
luruh karatan akibat proses oksidasi.
Sebaliknya, jika kadar oksigen di udara
kurang dari 21%, maka manusia dan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi akan
mati lemas karena kekurangan oksigen. Bagaimana tidak mati lemas, wong semua
makhluk hidup membutuhkan oksigen untuk bernafas.
Oksigen juga menghasilkan lapisan gas
yang bernama ozon (O3). Sinar berbahaya ultraviolet yang diberikan matahari
kepada kita dapat ditangkis oleh ozon yang terbentuk oleh tiga atom oksigen ini.
Berkat ozon, jarang manusia yang terkena kanker kulit. Nah, bagaimana kalau
jumlah oksigen itu kurang dari 21%?
Sama seperti oksigen, gas karbon
dioksida merupakan gas yang paling penting bagi kehidupan yang ada di bumi.
Meski jumlahnya sedikit, karbon dioksida memainkan peranan penting dalam kehidupan
manusia. Karbon dioksida membuat tumbuh-tumbuhan mampu menyerap radiasi dari
matahari sehingga mereka dapat melakukan fotosintesis. Karbon dioksida juga
sangat penting dalam proses pembentukan oksigen. Tanpa adanya gas Karbon
dioksida, oksigen juga tidak pernah ada. Namun yang terpenting dari Karbon dioksida
adalah fungsinya untuk menjaga bumi agar tetap hangat sehingga manusia tidak
mati kedinginan.
Sama seperti dua gas sebelumnya,
nitrogen yang jumlahnya paling banyak di udara merupakan gas yang sangat
penting bagi keberlanjutan kehidupan di atas bumi. Patut diingat, nitrogen
adalah unsur dasar yang pasti terdapat di setiap tubuh makhluk yang bernyawa.
Jadi nitrogen sangat dibutuhkan oleh tubuh. Walaupun jumlahnya berlimpah,
nitrogen tidak bisa langsung diserap oleh manusia. Yang bisa menyerap langsung
nitrogen cuma bakteribakteri dan tumbuh-tumbuhan saja. Meski tidak dapat
menyerap nitrogen langsungm tapi manusia tetap bisa mendapatkan nitrogen dengan
cara memakan tumbuh-tumbuhan. Tanpa nitrogen, tumbuhtumbuhan akan segera punah
karena tumbuh-tumbuhan sangat membutuhkan nitrogen. Kalau tumbuh-tumbuhan
punah, pastinya manusia pun akan menyusul punah.
Selain komposisi gas yang seimbang di
udara, bentuk muka bumi yang tidak rata juga bukan sesuatu yang kebetulan
belaka. Di permukaan bumi, ada yang namanya gunung, lembah, bukit, pegunungan,
daratan tinggi, dataran rendah dan lain sebagainya. Banyak yang tidak menyangka
jika bentuk muka bumi yang tidak datar ini merupakan mekanisme terpenting bagi
kelangsungan hidup manusia.
Kenapa? Sebelum menjawab pertanyaan
itu, kita harus terlebih dulu sepakat bahwa udara/angin bergerak dari tempat
yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah yang berarti udara
bergerak dari tempat yang dingin menuju tempat yang panas. Perbedaan suhu
antara tempat terdingin di bumi (daerah kutub) dengan tempat terpanas (daerah
khatulistiwa) bisa mencapai lebih dari puluhan derajat celcius. Di permukaan
yang datar, perbedaan suhu ini akan menghasilkan badai dengan kekuatan 1000
km/jam. Badai secepat ini akan meluluhlantakkan segala apa yang dilaluinya.
Namun alhamdulillah bumi bukanlah
daratan dengan permukaan yang datar. Karena bentuk muka bumi yang tidak rata,
arus udara akibat perbedaan panas dapat dihalangi. Badai super besar ini tidak pernah
terjadi karena terhalangi oleh ribuan gunung yang ada di bumi. Mulai dari
pegunungan Alpen, Ural, Himalaya, sampai gunung-gunung seperti Jaya Wijaya,
Sumeru, dan Pangrango, semuanya membuat arus udara tersebut tidak berubah
menjadi sebuah bencana.
Berkaitan dengan masalah badai, takaran
lain yang ditetapkan oleh Allah sehingga bumi ini layak untuk dihuni adalah
sumbu bumi yang tidak benar-benar tegak lurus melainkan miring sejauh 23,3 derajat
dari bidang orbitnya. Kemiringan ini berperan memperlemah arus angin. Bila saja
bumi ini benar-benar tegak lurus pada orbitnya bisa-bisa bumi akan terus mengalami
badai maha dahsyat. Selain menahan arus angin, sumbu bumi yang miring ini
membuat suhu yang ada di dua kutub selalu berubah-ubah. Konsekuensinya tentu
terdapat empat musim di daerah kutub. Perubahan musim yang terjadi setiap tahun
membuat daerah di kutub utara dan selatan tidak mengalami perubahan suhu yang
besar. Bayangkan saja jika musim dingin dikutub utara tiba-tiba berubah menjadi
musim dingin tanpa melalui musim semi yang hangat? Jika sumbu bumi tidak
miring, perubahan suhu antara daerah di khatulistiwa dan daerah kutub akan
meningkat hebat. Kondisi atmosfir seperti ini hanya akan membuat bumi menjadi
neraka yang tidak dapat dihuni oleh satu pun makhluk hidup.
Allah berfirman:”Matahari dan bulan
(beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan serta pohon-pohonan
keduaduanya tunduk kepadan-Nya. Dan Allah telah meninggikan langit dan
Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas
tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan dengan adil dan janganlah
kamu mengurangi neraca itu.” (Ar- Rahman: 5-9).
Ayat tersebut mengisyaratkan betapa
bumi ini diciptakan dalam sebuah alur kesimbangan kosmis dimana dalam keseimbangan
inilah manusia beserta seluruh makhluk hidup lainnya dapat hidup dengan nyaman.
Takaran yang ditetapkan Allah pun semakin mengukuhkan betapa bumi ini memang
surga yang diciptakan untuk manusia. Jarak yang pas dengan matahari, kemiringan
sumbu bumi, kecepatan rotasi bumi, air yang melimpah, kadar gas di udara, dan
takaran lain yang begitu banyaknya merupakan tanda kebesaran Allah bagi manusia
yang emang mau memikirkannya. Tapi memikirkan saja belum cukup, tanda-tanda
kebesaran yang kita lihat tersebut kudu direfleksikan (bahasa kerennya
ditadaburri) sehingga kita dapat memberikan sumbangsih bagi kelestarian
tanda-tanda tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar