Sabtu, 24 Desember 2016

Fase Evolusi Bumi Menurut Teilhard



Menurut Teilhard de Chardin dalam Dähler & Chandra (1995:71-75); seorang ahli Perancis yang membagi tiga fase dalam evolusi bumi, yaitu:
1.      Fase Pra Hidup atau Geosfeer; yakni bagaimana terjadinya matahari dan sembilan planetnya, termasuk bumi, yang belum dapat ditentukan secara definitif. Immanuel Kant, seorang filsuf Jerman 1755 mengatakan bahwa matahari terjadi dari kabut purba raksasa yang terbentuk dari debu dan gas. Laplace (1800) mengubah gagasan Kant dengan mengatakan bahwa kabut purba itu merupakan bola gas yang berputar. Ide dari Kant masih berlaku sampai sekarang dengan catatan bahwa kabut gas purba itu harus ditafsirkan sebagai kumpulan gas yang padat, dengan muatan energi yang meluap-luap yang tentu pada suatu ketika terjadilah pelepasan, pemisahan dan penyebaran dari energi itu. Jika energi itu sangat besar, pelepasan itu terjadi melalui peristiwa Big Bang (letusan yang dahsyat) yang setelahnya terbentuklah bintang-bintang dan planet-planet.
Teori tentang peletusan materi purba itu dikuatkan oleh penyelidikan astronomi modern. Astronomi dengan peralatan modernnya menyaksikan bahwa kabut spiral, yaitu suatu kumpulan bintang dengan mega-mega debu raksasa, terus-menerus menjauhi bumi dengan kecepatan 60.000 km/detik. Kecepatan kabut tersebut sedemikian hebat, akan tetapi tidak “tampak akibat jauhnya jarak dari manusia yang meliputi beberapa puluh juta tahun cahaya; dan hanya dapat dibayangkan secara ilmu pasti. Padahal besar dan luasnya satu kabut spiral jauh melebihi besar dan luas seluruh sistem matahari dengan planet-planetnya”.
Kira-kira lima milyard tahun yang lalu, segumpal materi yang terdiri dari atom-atom, mungkin memisahkan diri dari matahari, juga melalui letusan. Atom-atom, molekul-molekul menggabung satu sama lain, terus-menerus membentuk materi yang baru, sehingga terjadi elemen-elemen mulai dari zat air sampai uranium. Terbentuklah macam-macam batuan (silikat) dan bergabunglah zat air dan zat asam membentuk air di atas permukaan bumi yang merupakan sumber kehidupan. Bersamaan dengan itu terbentuk pula atmosfeer dengan zat asam, nitrogen dan zat asam arang, sehingga ada udara untuk bernafas. Kehidupan sendiri belum ada, namun perubahan alam berjalan terus, makin lama makin kompleks dan padatlah susunan kumpulan molekul-molekul, selanjutnya konsentrasi ini mencapai titik jenuhnya. Persatuan molekul-molekul tertentu melintasi ambang perloncatan, dan kehidupan masuk ke bumi. Dengan demikian evolusi bumi memasuki fase biosfeer.
2.      Fase Kehidupan atau Biosfeer; Fase ini pada mulanya tampak dalam sel-sel dan unit hidup yang terkecil. Berhubung sel dapat membelah diri menjadi sel-sel baru, maka kehidupan cepat merata ke seluruh permukaan bumi. Tumbuhan ganggang yang hanya hidup dalam air, muncul sekitar 500 juta tahun yang lalu, 400 juta tahun yang lalu nampak tumbuh-tumbuhan darat, dan dalam air bergerak binatang berangka yang pertama, ikan perisai. Hal yang sangat menyolok adalah perkembangan dari binatang yang bertulang belakang sebagai berikut:
a.       Pada awalnya adalah ikan yang hanya mempunyai insang, kemudian berkembanglah ampibi, yaitu binatang yang dapat hidup baik di darat maupun di air, yang berinsang maupun berparu-paru, seperti halnya katak.
b.      Selanjutnya berkembangan ampibi mengarah pada binatang melata seperti ular.
c.       Kemudian, perkembangan terus terjadi hingga sampai pada burung-burung dan golongan binatang menyusui. Pada taraf ini susunan urat saraf dan otak sangat berkembang menjadi lebih kompleks.
d.      Dari kelompok binatang dengan susunan saraf dan otak yang makin kompleks ini, muncullah primat, yakni kera dan setengah kera. Dibandingkan dengan binatangbinatang lain, kera-kera ini yang paling fleksibel, paling pandai menyesuaikan diri dengan alam. Kera-kera antropoid seperti gorilla, simpanse, orang utan dan gibbon adalah puncak perkembangan ini. Semua otak dan tangan mereka paling maju.

3.      Fase pikiran atau Noosfeer; yakni perkembangan evolusi yang memasuki ambang perloncatan yang terpenting, dimana manusia muncul yang memiliki pikiran yang sadar akan dirinya sendiri. Data arkeologi menunjukkan bahwa homo sapiens sudah muncul sejak sekitar 100 ribu tahun yang lalu. Homo sapiens adalah jenis manusia yang sudah mampu menggunakan alat seperti busur dan panah,korekapi,pisau dengan gagang dan satu hal berikut yang benar-benar membuatnya berbeda dari makhluk sebelumnya.
Selanjutnya mulai ditemukan penggunaan simbol yang untuk selanjutnya muncul dalam bentuk antara lain bahasa (McCrone, 2003:54). Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kehidupan yang ada saat ini terbentuk melalui suatu evolusi yang panjang. Sebagai bagian dari makhluk hidup, manusia memiliki karakter umum sebagaimana yang terdapat pada makhluk hidup lainnya. Hal yang membedakan dari berbagai jenis ciptaan lain yang tidak hidup, baik ciptaan dalam arti yang sesungguhnya maupun ciptaan dalam bentuk benda-benda artifisial seperti komputer atau robot yang memiliki kemampuan tertentu layaknya manusia.
Langkah ini perlu dilakukan untuk menentukan berbagai kegiatan yang bersifat khas bagi makhluk hidup terutama manusia bila dibandingkan dengan hal yang bukan makhluk hidup. Beberapa ciri khas makhluk hidup adalah:
a.       Kegiatan asimilasi, diartikan sebagai kemampuan makhluk hidup untuk berkembang dan mengembangkan dirinya dengan mengubah apa yang dimakan dan dicerna menjadi substansinya sendiri.
b.      Memiliki aspek interioritas yaitu kegiatan untuk dapat memperbaiki dan memulihkan kerusakan-kerusakan pada dirinya sendiri. Makhluk hidup tersebut mengerjakannya dari substansinya sendiri, dan dari apa yang dibuat oleh organismenya sendiri
c.       Memiliki aspek reproduksi; yaitu mereproduksi dan melipatgandakan dirinya, membuat dalam dirinya bibit atau tunas yang akan menjadi suatu makhluk hidup baru, yaitu suatu makhluk yang akan menjadi gambar dan rupanya serta penerus spesiesnya. (Leahy, 2003:62-64).
d.      Bereaksi atas berbagai yang diterimanya dan atas keadaan-keadaan yang mengkondisikan eksistensinya. Sebagai contoh kegiatan tumbuh-tumbuhan bereaksi atas cahaya, dingin dan panas, tekanan dan kelembaban. Tanaman misalnya menarik keuntungan dari tanah di mana ia berakar dan dari materi-materi yang diserapnya dari tanah itu.
e.       Mampu menentukan sendiri tujuan-tujuannya dimana mereka semua selalu bekerja bagi konservasinya dan akhirnya bagi perkembangbiakan spesiesnya.

Dengan demikian terdapat kenyataan bahwa:
pertama, kehidupan itu berlangsung dalam suatu proses yang terus-menerus. Kedua, kehidupan yang ada pada setiap makhluk hidup itu mempunyai tujuan. Paling tidak dari struktur biologisnya dapat diketahui bahwa tujuan makhluk hidup itu adalah untuk penyempurnaan dirinya dan demi kelangsungan spesiesnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar