Menurut Teilhard de Chardin dalam Dähler & Chandra
(1995:71-75); seorang ahli Perancis yang membagi tiga fase dalam evolusi bumi,
yaitu:
1.
Fase Pra Hidup atau
Geosfeer; yakni bagaimana terjadinya matahari dan sembilan planetnya,
termasuk bumi, yang belum dapat ditentukan secara definitif. Immanuel Kant,
seorang filsuf Jerman 1755 mengatakan bahwa matahari terjadi dari kabut purba
raksasa yang terbentuk dari debu dan gas. Laplace (1800) mengubah gagasan Kant
dengan mengatakan bahwa kabut purba itu merupakan bola gas yang berputar. Ide
dari Kant masih berlaku sampai sekarang dengan catatan bahwa kabut gas purba
itu harus ditafsirkan sebagai kumpulan gas yang padat, dengan muatan energi
yang meluap-luap yang tentu pada suatu ketika terjadilah pelepasan, pemisahan
dan penyebaran dari energi itu. Jika energi itu sangat besar, pelepasan itu
terjadi melalui peristiwa Big Bang (letusan yang dahsyat) yang
setelahnya terbentuklah bintang-bintang dan planet-planet.
Teori tentang peletusan
materi purba itu dikuatkan oleh penyelidikan astronomi modern. Astronomi dengan
peralatan modernnya menyaksikan bahwa kabut spiral, yaitu suatu kumpulan
bintang dengan mega-mega debu raksasa, terus-menerus menjauhi bumi dengan kecepatan
60.000 km/detik. Kecepatan kabut tersebut sedemikian hebat, akan tetapi tidak
“tampak akibat jauhnya jarak dari manusia yang meliputi beberapa puluh juta
tahun cahaya; dan hanya dapat dibayangkan secara ilmu pasti. Padahal besar dan
luasnya satu kabut spiral jauh melebihi besar dan luas seluruh sistem matahari
dengan planet-planetnya”.
Kira-kira lima milyard
tahun yang lalu, segumpal materi yang terdiri dari atom-atom, mungkin
memisahkan diri dari matahari, juga melalui letusan. Atom-atom, molekul-molekul
menggabung satu sama lain, terus-menerus membentuk materi yang baru, sehingga
terjadi elemen-elemen mulai dari zat air sampai uranium. Terbentuklah macam-macam
batuan (silikat) dan bergabunglah zat air dan zat asam membentuk air di atas
permukaan bumi yang merupakan sumber kehidupan. Bersamaan dengan itu terbentuk
pula atmosfeer dengan zat asam, nitrogen dan zat asam arang, sehingga ada udara
untuk bernafas. Kehidupan sendiri belum ada, namun perubahan alam berjalan terus,
makin lama makin kompleks dan padatlah susunan kumpulan molekul-molekul,
selanjutnya konsentrasi ini mencapai titik jenuhnya. Persatuan molekul-molekul tertentu
melintasi ambang perloncatan, dan kehidupan masuk ke bumi. Dengan demikian
evolusi bumi memasuki fase biosfeer.
2. Fase
Kehidupan atau Biosfeer; Fase ini pada mulanya
tampak dalam sel-sel dan unit hidup yang terkecil. Berhubung sel dapat membelah
diri menjadi sel-sel baru, maka kehidupan cepat merata ke seluruh permukaan
bumi. Tumbuhan ganggang yang hanya hidup dalam air, muncul sekitar 500 juta
tahun yang lalu, 400 juta tahun yang lalu nampak tumbuh-tumbuhan darat, dan
dalam air bergerak binatang berangka yang pertama, ikan perisai. Hal yang
sangat menyolok adalah perkembangan dari binatang yang bertulang belakang
sebagai berikut:
a. Pada
awalnya adalah ikan yang hanya mempunyai insang, kemudian berkembanglah ampibi,
yaitu binatang yang dapat hidup baik di darat maupun di air, yang berinsang
maupun berparu-paru, seperti halnya katak.
b. Selanjutnya
berkembangan ampibi mengarah pada binatang melata seperti ular.
c. Kemudian,
perkembangan terus terjadi hingga sampai pada burung-burung dan golongan
binatang menyusui. Pada taraf ini susunan urat saraf dan otak sangat berkembang
menjadi lebih kompleks.
d. Dari
kelompok binatang dengan susunan saraf dan otak yang makin kompleks ini,
muncullah primat, yakni kera dan setengah kera. Dibandingkan dengan
binatangbinatang lain, kera-kera ini yang paling fleksibel, paling pandai
menyesuaikan diri dengan alam. Kera-kera antropoid seperti gorilla, simpanse,
orang utan dan gibbon adalah puncak perkembangan ini. Semua otak dan tangan
mereka paling maju.
3. Fase
pikiran atau Noosfeer; yakni perkembangan evolusi
yang memasuki ambang perloncatan yang terpenting, dimana manusia muncul yang
memiliki pikiran yang sadar akan dirinya sendiri. Data arkeologi menunjukkan
bahwa homo sapiens sudah muncul sejak sekitar 100 ribu tahun yang lalu. Homo
sapiens adalah jenis manusia yang sudah mampu menggunakan alat seperti
busur dan panah,korekapi,pisau dengan gagang dan satu hal berikut yang benar-benar
membuatnya berbeda dari makhluk sebelumnya.
Selanjutnya
mulai ditemukan penggunaan simbol yang untuk selanjutnya muncul dalam bentuk
antara lain bahasa (McCrone, 2003:54). Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kehidupan yang ada saat ini terbentuk melalui suatu evolusi yang panjang.
Sebagai bagian dari makhluk hidup, manusia memiliki karakter umum sebagaimana
yang terdapat pada makhluk hidup lainnya. Hal yang membedakan dari berbagai
jenis ciptaan lain yang tidak hidup, baik ciptaan dalam arti yang sesungguhnya
maupun ciptaan dalam bentuk benda-benda artifisial seperti komputer atau robot yang
memiliki kemampuan tertentu layaknya manusia.
Langkah ini perlu
dilakukan untuk menentukan berbagai kegiatan yang bersifat khas bagi makhluk
hidup terutama manusia bila dibandingkan dengan hal yang bukan makhluk hidup. Beberapa
ciri khas makhluk hidup adalah:
a. Kegiatan
asimilasi, diartikan sebagai kemampuan makhluk hidup untuk berkembang
dan mengembangkan dirinya dengan mengubah apa yang dimakan dan dicerna menjadi
substansinya sendiri.
b. Memiliki
aspek interioritas yaitu kegiatan untuk dapat memperbaiki dan memulihkan
kerusakan-kerusakan pada dirinya sendiri. Makhluk hidup tersebut mengerjakannya
dari substansinya sendiri, dan dari apa yang dibuat oleh organismenya sendiri
c. Memiliki
aspek reproduksi; yaitu mereproduksi dan melipatgandakan dirinya, membuat dalam
dirinya bibit atau tunas yang akan menjadi suatu makhluk hidup baru, yaitu
suatu makhluk yang akan menjadi gambar dan rupanya serta penerus spesiesnya.
(Leahy, 2003:62-64).
d. Bereaksi
atas berbagai yang diterimanya dan atas keadaan-keadaan yang mengkondisikan
eksistensinya. Sebagai contoh kegiatan tumbuh-tumbuhan bereaksi atas cahaya,
dingin dan panas, tekanan dan kelembaban. Tanaman misalnya menarik keuntungan
dari tanah di mana ia berakar dan dari materi-materi yang diserapnya dari tanah
itu.
e. Mampu
menentukan sendiri tujuan-tujuannya dimana mereka semua selalu bekerja bagi
konservasinya dan akhirnya bagi perkembangbiakan spesiesnya.
Dengan
demikian terdapat kenyataan bahwa:
pertama, kehidupan itu
berlangsung dalam suatu proses yang terus-menerus. Kedua, kehidupan yang
ada pada setiap makhluk hidup itu mempunyai tujuan. Paling tidak dari struktur
biologisnya dapat diketahui bahwa tujuan makhluk hidup itu adalah untuk
penyempurnaan dirinya dan demi kelangsungan spesiesnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar