Rasulullah pernah bersabda: “Jauhilah
tiga macam perbuatan yang dilaknat; Buang air besar di sumber air, di tengah
jalan, dan dibawah pohon yang teduh” pertanyaannya, mengapa Rasulullah melarang
kita membuang air besar di sumber air? Jawaban logis dari pertanyaan
tersebut tentu biar kita tidak membuat air tersebut kotor sebab air
berfungsi sebagai sumber air minum bagi manusia yang tinggal di dekat
sumber air tersebut. Zamannya Rasulullah cuma buang air besar doang yang
dianggap sebagai perbuatan paling parah. Di zaman kita, buang air besar
di sumber air sudah biasa sekali. Lebih parah lagi, kita tidak hanya
membuang “air besar” ke sumber air tetapi zat-zat beracun seperti limbah
tailing, limbah radioaktif, plastik, sampai sabun semuanya dibuang ke
sumber air. Semuanya dibuang ke segala sumber air mulai laut hingga
sungai. Sadis tidak tuh!
Padahal air itu merupakan anugerah
bagi kita. Allah berfirman: “Dan dia menurunkan air hujan dari langit,
kemudian Dia keluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki
untukmu (Ibrahim: 32). Di ayat lain, Allah juga berfirman: “Dan dia hamparkan
bumi setelah itu. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan dia menumbuhkan
tumbuh-tumbuhannya (An- Nazi’at: 30-31).
Dari kedua firman Allah tersebut
terkandung pesan betapa air yang melimpah ruah di sekeliling kita ini
adalah anugerah tak terbandingkan yang diberi oleh Allah SWT. Namun
dalam keadaan yang masih melimpah, kita seenaknya aja ngegunain air
untuk halhal yang tidak berguna.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahwa
Rasulullah pernah bersabda bahwa ada tiga hal yang menjadi hak milik
publik; air, tempat berlindung, dan api. Dengan demikian, seluruh umat
manusia yang ada di muka bumi ini memiliki hak atas air. Jadi kita yang
diberkahi Allah dengan kondisi air yang berlimpah, tidak boleh seenaknya
menggunakan air karena nun jauh dibelahan dunia sana, ada jutaan orang
yang ingin sekali menikmati seciduk air bersih. Air yang kita buang
dengan sia-sia.
Ada sebuah cerita tentang seorang Arab
Badui yang suatu hari datang menemui Rasulullah SAW. Ia bertanya
bagaimana wudhu yang benar. Lalu Rasulullah mempraktekkannya secara
berulang tiga kali seraya bersabda inilah yang dinamakan wudhu. Maka
barangsiapa yang melebihi ini berarti ia telah menyalahi, kelewat batas, dan
zhalim.
Diriwayatkan pula oleh Ibnu Majah,
bahwa Rasulullah SAW melihat seorang yang sedang Wudhu dengan cara yang
sangat berlebihan. Lalu Rasulullah menegurnya untuk tidak
berlebihlebihan dalam berwudhu. Dua riwayat hadits di atas memberikan
kita pelajaran bahwa jangan mentang-mentang sekarang kita lagi dalam
kondisi serba kecukupan air, dengan seenaknya kita membuang-buang air,
tidak merasa berdosa telah membuang sampah ke sungai, atau kencing di
kali.
Jika tingkat pencemaran air masih
tinggi seperti sekarang, niscaya tidak cuma orang Afrika yang mengalami
krisis air bersih. Kita pun juga akan merasakan bagaimana rasanya
kekurangan air bersih. (saudara-saudara kita sesama orang Indonesia
sudah ada yang merasakan lho betapa menderitanya bila terjadi krisis air
bersih).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar