Kamis, 29 Desember 2016

Kejahatan Manusia atas Bumi!



Sesungguhnya Manusia itu amat Dzalim dan Bodoh
(Al Ahzab: 72)

Pemanasan Global
Pada tahun 1827, seorang ilmuwan bernama Baron Jean Baptiste Fourier menemukan bahwa temperatur bumi semakin memanas. Usut punya usut, akhirnya ditemukan bahwa penyebabnya adalah adanya komposisi zat kimia yang terdapat di atmosfir. Zat kimia ini yang tak lain adalah gas Karbon Dioksida ternyata membuat panas akibat sinar matahari tidak bisa mantul lagi ke angkasa. Alhasil, panas ini terjebak di atmosfer dan membuat temperatur bumi makin lama makin panas. Sebenarnya sang penemu sendiri tidak melihat temuannya ini sebagai suatu yang berbahaya bahkan dalam benaknya adalah suatu hal yang positif bila terjadi proses memanasnya bumi.

Tapi tidak ada yang mau percaya dengan temuan ini. Banyak yang menganggap penemuan ini sebagai angin lalu saja yang tidak perlu dikomentari. Tidak heran penemuan ini dianggap sebagai angina lalu, karena pada abad ke-19, perkembangan industri di negaranegara Eropa dan Amerika sedang maju-majunya sehingga “gosipgosip” seperti ini hanya akan menghambat proses industrialisasi. Meski ada bukti tentang pemanasan global, spirit zaman tidak memungkinan penemuan ini untuk menjadi concern manusia. Berbicara mengenai era awal industrialisasi, tidak heran teori kelasnya Marx muncul juga pada kurun waktu abad ini karena pada abad ini, eksploitasi buruh untuk bekerja di pabrik-pabrik juga sangat tinggi di pabrik-pabrik industri.

Temuan dari Jean Baptiste tersebut sekarang lebih dikenal dengan sebutan Greenhouse Effect atau Efek Gas Rumah Kaca (GRK). Greenhouse Effect adalah fenomena alam dimana beberapa gas di atmosfer membuat suhu bumi lebih panas daripada seharusnya. Dengan adanya efek inilah, tatkala malam hari, kita tidak akan mati kedinginan. Efek ini mengizinkan sinar matahari yang membawa panas untuk masuk ke bumi. Namun saat pantulan sinar matahari ini mau keluar, beberapa gas di atmsofer melarang seluruh sinar radiasi untuk keluar semua. Ada sebagian panas matahari yang ditahan. Sebagian sinar radiasi ini memberikan kita kehangatan di malam hari.

Tapi karena ulah manusia, keseimbangan gas yang terdapat di atmosfer terganggu. Normalnya, gasgas yang terdapat di atmosfer menahan sebagian kecil dari panas matahari di atmosfer. Namun gara-gara ulah manusia, gas-gas ini menahan lebih bayak panas matahari di atmosfer. Jelas, lambat-laun, temperatur bumi semakin lama semakin hot. Berbicara mengenai tempratur bumi, apa yang telah dilakukan manusia sampai-sampai gas-gas yang terdapat di atmosfer berubah tingkah?

Pertanyaan bagus. Pertama-tama, gas-gas yang menghasilkan efek rumah kaca adalah Karbon Dioksida (C02), Kloroflurokarbon (CFC), Metana (CH4), dan Nitro Okisda (N2O). manusia yang ada dibumi sangat suka melakukan aktivitas-aktivitas yang mengeluarkan keempat gas-gas yang menghasilkan efek rumah kaca ini. Manusia suka sekali memiliki banyak mobil. sudah punya satu, masih ingin beli satu lagi. Yang paling parah, manusia suka membangun pabrikpabrik yang mengeluarkan asap tebal dan hitam. Aktivitas-aktivitas manusia seperti ini membuat keempat gas tadi semakin banyak di atmosfer. Tentunya semakin banyak gas-gas tersebut akan berdampak pada semakin banyak pula panas matahari yang terperangkan di atmosfer bumi.

Menurut para ilmuwan, dari sekian banyak gas yang menyebabkan efek rumah kaca, adalah gas Karbon Dioksida yang paling banyak berpengaruh dalam menimbulkan efek gas rumah kaca. Selama abad ke-20, merujuk ke penelitian yang dilakukan para ilmuwan, terjadi peningkatan presentase jumlah gas-gas penyebab efek rumah kaca (terutama sekali gas Karbon Dioskida). Menurut IPCC, jika kita masih melakukan skenario business as usual (artinya tidak ada upaya untuk menghentikan efek gas rumah kaca) maka temperatur permukaan bumi akan naik satu derajat celicius pada tahun 2030 dan naik menjadi tiga derajat celcius pada tahun 2100.

Bayangkan saja, selama seratus tahun, gas CO2 telah meningkat lebih dari 25%. Setengah dari peningkatan ini (berarti 12,5%) terjadi pada 25 tahun terakhir. Jadi kira-kira pada dekade 1970’an, peningkatan emisi gas CO2 mulai terjadi secara besar-besaran. Menurut laporan UNEP, sumbangan emisi gas CO2 yang paling banyak berasal dari sisa pembakaran minyak bumi dan asap hasil dari pembakaran hutan.

Sisa pembakaran minyak bumi dan pabrik-pabrik industri biasanya terdapat di negara-negara maju. Sedangkan pembakaran hutan biasanya terjadi di negara-negara berkembang. Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), Amerika Utara dan Eropa adalah dua wilayah yang menjadi penyumbang terbesar emisi industri di seluruh dunia. Pada saat yang bersamaan, Indonesia juga menjadi penyumbang terbesar gas CO2 di nomor 3 dari pembakaran (disengaja maupun yang tidak) hutannya yang lebat di Kalimantan, Sumatra, dan Papua.

Jika dulu yang namanya efek Gas Rumah Kaca merupakan mekanisme yang diciptakan Allah untuk membuat bumi dalam keadaan nyaman bagi manusia, tapi sekarang mekanisme ini berubah menjadi musuh utama manusia. Semua ini tentu akibat dari ulah manusia sendiri. Gas Rumah Kaca tidak lagi menjadikan bumi dalam keadaan hangat. Semakin lama, Gas Rumah Kaca membuat manusia semakin gerah dan kepanasan. Terlebih lagi gas rumah kaca membuat iklim tidak menentu. Lantas pertanyaan selanjutnya, apa hubungan antara efek Gas Rumah Kaca dengan perubahan iklim? Untuk membahas hal itu, alangkah lebih baik kalau kita juga memahami apa itu pemanasan global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar