Sesungguhnya Manusia itu amat Dzalim dan Bodoh
(Al Ahzab: 72)
Pemanasan Global
Pada tahun 1827, seorang ilmuwan
bernama Baron Jean Baptiste Fourier menemukan bahwa temperatur bumi semakin
memanas. Usut punya usut, akhirnya ditemukan bahwa penyebabnya adalah adanya
komposisi zat kimia yang terdapat di atmosfir. Zat kimia ini yang tak lain
adalah gas Karbon Dioksida ternyata membuat panas akibat sinar matahari tidak
bisa mantul lagi ke angkasa. Alhasil, panas ini terjebak di atmosfer dan membuat
temperatur bumi makin lama makin panas. Sebenarnya sang penemu sendiri tidak
melihat temuannya ini sebagai suatu yang berbahaya bahkan dalam benaknya adalah
suatu hal yang positif bila terjadi proses memanasnya bumi.
Tapi tidak ada yang mau percaya dengan
temuan ini. Banyak yang menganggap penemuan ini sebagai angin lalu saja yang
tidak perlu dikomentari. Tidak heran penemuan ini dianggap sebagai angina lalu,
karena pada abad ke-19, perkembangan industri di negaranegara Eropa dan Amerika
sedang maju-majunya sehingga “gosipgosip” seperti ini hanya akan menghambat proses
industrialisasi. Meski ada bukti tentang pemanasan global, spirit zaman tidak memungkinan
penemuan ini untuk menjadi concern manusia. Berbicara mengenai era awal
industrialisasi, tidak heran teori kelasnya Marx muncul juga pada kurun waktu
abad ini karena pada abad ini, eksploitasi buruh untuk bekerja di pabrik-pabrik
juga sangat tinggi di pabrik-pabrik industri.
Temuan dari Jean Baptiste tersebut
sekarang lebih dikenal dengan sebutan Greenhouse Effect atau Efek Gas
Rumah Kaca (GRK). Greenhouse Effect adalah fenomena alam dimana beberapa
gas di atmosfer membuat suhu bumi lebih panas daripada seharusnya. Dengan
adanya efek inilah, tatkala malam hari, kita tidak akan mati kedinginan. Efek
ini mengizinkan sinar matahari yang membawa panas untuk masuk ke bumi. Namun
saat pantulan sinar matahari ini mau keluar, beberapa gas di atmsofer melarang seluruh
sinar radiasi untuk keluar semua. Ada sebagian panas matahari yang ditahan.
Sebagian sinar radiasi ini memberikan kita kehangatan di malam hari.
Tapi karena ulah manusia, keseimbangan
gas yang terdapat di atmosfer terganggu. Normalnya, gasgas yang terdapat di
atmosfer menahan sebagian kecil dari panas matahari di atmosfer. Namun
gara-gara ulah manusia, gas-gas ini menahan lebih bayak panas matahari di atmosfer.
Jelas, lambat-laun, temperatur bumi semakin lama semakin hot. Berbicara
mengenai tempratur bumi, apa yang telah dilakukan manusia sampai-sampai gas-gas
yang terdapat di atmosfer berubah tingkah?
Pertanyaan bagus. Pertama-tama,
gas-gas yang menghasilkan efek rumah kaca adalah Karbon Dioksida (C02),
Kloroflurokarbon (CFC), Metana (CH4), dan Nitro Okisda (N2O). manusia yang ada dibumi
sangat suka melakukan aktivitas-aktivitas yang mengeluarkan keempat gas-gas
yang menghasilkan efek rumah kaca ini. Manusia suka sekali memiliki banyak
mobil. sudah punya satu, masih ingin beli satu lagi. Yang paling parah, manusia
suka membangun pabrikpabrik yang mengeluarkan asap tebal dan hitam.
Aktivitas-aktivitas manusia seperti ini membuat keempat gas tadi semakin banyak
di atmosfer. Tentunya semakin banyak gas-gas tersebut akan berdampak pada
semakin banyak pula panas matahari yang terperangkan di atmosfer bumi.
Menurut para ilmuwan, dari sekian
banyak gas yang menyebabkan efek rumah kaca, adalah gas Karbon Dioksida yang paling
banyak berpengaruh dalam menimbulkan efek gas rumah kaca. Selama abad ke-20,
merujuk ke penelitian yang dilakukan para ilmuwan, terjadi peningkatan presentase
jumlah gas-gas penyebab efek rumah kaca (terutama sekali gas Karbon Dioskida).
Menurut IPCC, jika kita masih melakukan skenario business as usual (artinya
tidak ada upaya untuk menghentikan efek gas rumah kaca) maka temperatur
permukaan bumi akan naik satu derajat celicius pada tahun 2030 dan naik menjadi
tiga derajat celcius pada tahun 2100.
Bayangkan saja, selama seratus tahun,
gas CO2 telah meningkat lebih dari 25%. Setengah dari peningkatan ini (berarti
12,5%) terjadi pada 25 tahun terakhir. Jadi kira-kira pada dekade 1970’an,
peningkatan emisi gas CO2 mulai terjadi secara besar-besaran. Menurut laporan UNEP,
sumbangan emisi gas CO2 yang paling banyak berasal dari sisa pembakaran minyak
bumi dan asap hasil dari pembakaran hutan.
Sisa pembakaran minyak bumi dan
pabrik-pabrik industri biasanya terdapat di negara-negara maju. Sedangkan
pembakaran hutan biasanya terjadi di negara-negara berkembang. Menurut IPCC (Intergovernmental
Panel on Climate Change), Amerika Utara dan Eropa adalah dua wilayah yang
menjadi penyumbang terbesar emisi industri di seluruh dunia. Pada saat yang
bersamaan, Indonesia juga menjadi penyumbang terbesar gas CO2 di nomor 3 dari
pembakaran (disengaja maupun yang tidak) hutannya yang lebat di Kalimantan, Sumatra,
dan Papua.
Jika dulu yang namanya efek Gas Rumah
Kaca merupakan mekanisme yang diciptakan Allah untuk membuat bumi dalam keadaan
nyaman bagi manusia, tapi sekarang mekanisme ini berubah menjadi musuh utama
manusia. Semua ini tentu akibat dari ulah manusia sendiri. Gas Rumah Kaca tidak
lagi menjadikan bumi dalam keadaan hangat. Semakin lama, Gas Rumah Kaca membuat
manusia semakin gerah dan kepanasan. Terlebih lagi gas rumah kaca membuat iklim
tidak menentu. Lantas pertanyaan selanjutnya, apa hubungan antara efek Gas
Rumah Kaca dengan perubahan iklim? Untuk membahas hal itu, alangkah lebih baik
kalau kita juga memahami apa itu pemanasan global.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar