Jumat, 30 Desember 2016

Manusia Merasa Menjadi Raja Atas Bumi



Setiap makhuk hidup di bumi ini hidup dalam keharmonisan. Bila ada satu saja unsur yang tidak harmonis, maka keseimbangan alam pun pasti akan terganggu. Makhluk hidup selain manusia sangat rentan terhadap perubahan-perubahan yang instan (manusia saja juga rentan terhadap perubahan revolusioner). Perubahan-perubahan seperti perubahan iklim, deforestasi, pemanasan global, dan pencemaran air merupakan perubahan-perubahan revolusioner dalam dunia para binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Bisa dibayangkan bila tempat tinggal mereka yang dulunya asri dan damai dengan pohon-pohon lebat menjulang tinggi akhirnya tergantikan oleh lahan-lahan perumahan dan pertanian. Pohon-pohon yang dulunya menjadi rumah mereka telah ditebang untuk dijadikan sebagai produk yang diperjualbelikan secara mahal.

Pernah ada cerita seekor harimau yang keluar dari hutan menuju pemukiman sekitar dan memangsa apa saja yang ada dihadapannya. Manusia ketakutan lantas berusaha menyusun strategi untuk menaklukkan sang harimau. Sang harimau pun akhirnya ditaklukkan dan dibunuh. Manusia pun kembali damai.

Tapi pernahkan kita bertanya buat apa harimau turun ke pemukiman penduduk bila dia sudah punya habitat sendiri. Jawabannya sederhana, habitatnya yang dulu sudah tidak ada lagi sehingga harimau kebingungan bagaimana caranya dia mencari makan agar tidak kelaparan. Kasus ini tidak hanya terjadi menimpa harimau saja, banyak binatang-binatang yang menyerang suatu desa karena mereka tidak bisa mencari makanan lagi di hutan.

Di Riau saja pernah terjadi konflik antara Manusia dengan Gajah dalam memperebutkan lahan. Manusia mencoba men transformasi lahan hutan tempat tinggal gajah menjadi kebun kelapa sawit. Sedangkan gajah merasa ia tidak punya tempat lagi. Alhasil, konflik antara manusia dengan gajah tak terelakka lagi. belum cukup bertengkar antar sesamanya, manusia sudah bikin kasus dengan gajah.

Cerita diatas menunjukkan bagaimana ratusan spesies terancam punah akibat habitat alami mereka sudah dihancurkan sama manusia dalam rangka pembangunan. Ratusan hektar pohon dibabat habis untuk dijadikan lahan transmigrasi atau lahan pertanian kelapa sawit padahal pohon-pohon itulah rumah bagi ratusan spesies.

Menurut laporan IUCN, pengrusakan habitat alami telah menjadi sumber ancaman utama terhadap keanekaragaman hayati. Survei yang dilakukan IUCN juga menguak fakta bahwa tidak kurang 49 dari 61 negara Asia dan Afrika kehilangan lebih dari 50% dari habitat alami mereka. Khusus wilayah Indonesia dan sekitarnya, habitat alami yang hilang lebih dari 68%. Bagaimana habitat alami tidak menghilang jika air untuk minum hewan dicemar, hutan yang merupakan rumah bagi mereka dijadikan lahan perkebunan, dan hutan tropis ditebang untuk dijual dengan harga murah.

Selain dengan cara merusak habitatnya, manusia juga secara langsung turut dalam pemusnahan hewan untuk langsung diambil bagian-bagian dari tubuhnya. Contohnya saja harimau yang semakin lama semakin sedikit karena diburu untuk kemudian dikoleksi kulitnya, taringnya, atau bagian lain dari tubuhnya. Gajah juga diambil gadingnya. Belum lagi binatang-binatang yang kulitnya bagus puin tak elak lagi juga dibantai agar kulitnya dapat dijadikan baju, sepatu, dan tas.

Contoh paling ekstrem dari pembantaian yang dilakukan manusia adalah pembantaian manusia terhadap Burung Dara di Amerika Utara. Burung Dara adalah jenis burung yang memiliki populasi terbesar di Amerika Utara. Jumlahnya diperkirakan mencapai 10.000 juta atau 10 miliar. Mereka selalu hidupn secara bergerombol. Beberapa gerombolan besar bahkan bisa mencapai 2 juta burung. tatkala mereka melewati cakrawala, langit bisa menjadi hitam karena banyaknya jumlah mereka. Namun burung sebanyak itu sekarang sudah tidak terlihat lagi di langit Amerika Utara. Hal ini terjadi karena burung tersebut dibantai oleh manusia sampai tidak
ada yang tersisa lagi.

Pada tahun 1914, berakhir sudah era koloni burung dara di Amerika Utara. Gara-gara diburu manusia, spesies burung yang memiliki jumlah paling banyak di planet ini akhirnya menjadi hewan paling langka di dunia. Sebuah imperium burung dara yang berpopulasi lebih dari 20 milyar, sekarang hanya menjadi kumpulankumpulan kecil burung dara yang hampir punah. SADIS.

Tidak cuma burung yang dibantai, Gajah Afrika yang jumlahnya sekitar 1.3 juta pada tahun 1980’an, tinggal 600 ribu dalam kurun waktu sepuluh tahun. Pembantaian gajah besar-besaran ini, terkesan dibiarkan saja oleh negara-negara di Afrika. Apa mau diperbuat, negara saja tidak memiliki posisi kuat untuk memperjuangkan kepentingan masyarakatnya apa lagi kepentingan gajah. Manusia boleh dikatakan sebagai makhluk yang bisa melakukan apa saja yang ia inginkan. Kalau memang mau, manusia dapat saja mengosongkan bumi beserta segala yang ada di dalamnya. Contohnya saja kasus Burung Dara diatas. Tidak terbayang bagaimana dua puluh milyar Burung Dara bisa hilang dari muka bumi akibat ulah manusia.

Manusia merasa menjadi raja atas bumi ini karena merasa yang paling pintar dari semua makhluk hidup yang ada. Makhluk-makhluk lain yang ada di bumi ini hanya diciptakan untuk melayani kebutuhan manusia. Pemikiran seperti ini sama sekali tidak benar. Allah telah berfirman dalam Al Qur’an:

Dan Dia telah menundukan untukmu segala apa yang ada di langit dan segala apa yang ada di muka bumi; semuanya itu dari Dia; sesungguhnya di dalam yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir” (Q.S. Al-Jatsiyah,45:13)

Firman Allah diatas sama sekali tidak menunjukkan bahwa manusia itu memiliki hak preogatif di bumi untuk berbuat seenak udelnya. Ayat ini juga tidak mendukung perilaku manusia yang menjadikan hewan untuk pajangan, buat tas, atau dijadikan sepatu. Ayat ini mengingatkan umat manusia bahwa Sang Pencipta telah menjadikan semua yang ada di alam ini (termasuk satwa) sebagai amanah yang harus manusia lestarikan. Semua yang ada di muka bumi ini adalah milik Allah bukan milik kita. Jadi, kita tidak boleh seenaknya memperlakukan makhluk lain dengan kasar dan semenamena.

Dulu, tatkala Abu Bakar ingin menaklukkan Syria, ia berpesan kepada para tentara muslim untuk tidak membunuh domba, sapi, atau unta kecuali untuk tujuan memperoleh makanan. Abu Bakar mengajarkan kita bahwa membunuh hewan bila tidak dalam keadaan mendesak, maka hukumnya itu tidak boleh. Tapi coba lihat sekarang, orang membunuh buaya, ular, gajah, dan binatang lainnya bukan untuk keperluan yang mendesak malah hanya untuk memenuhi hawa nafsu hewaniyah mereka. Kebanyakan dari manusia membunuh hewan-hewan hanya untuk diambil kulitnya untuk dibuatkan tas kulit sepatu kulit lah, dan seabreg hal-hal yang tidak penting lainnya. Padahal, sekali lagi, makhluk-makhluk lain yang hidup di muka bumi ini adalah amanah dari Allah untuk kita jaga bukan untuk kita habisi.

Banyak sekali kerugian yang dialami manusia tatkala keanekaragaman hayati hilang. Keanekaragaman hayati merupakan potensi yang masih terselubung bagi manusia. Dalam ke anekaragaman hayati masih terdapat rahasia-rahasia mengenai obatobatan yang mungkin saja terselip diantara kehidupan liar.

Perlu diingat bahwa beberapa obat untuk kanker dan penyakitpenyakit kronis lainnya ternyata ditemukan dalam rimba raya hutan tropis. Bisa jadi obat untuk penyakit AIDS ternyata ada di dalam kehidupan liar yang terancam punah. Namun karena kerakusan manusia, potensi-potensi obat ini dapat raib selamanya karena kehidupan mereka mengalami kepunahan akibat dihancurkan oleh manusia. “.....dan Dia telah menciptakan makhluk-makhluk lainnya yang belum kamu ketahui” ucap Allah dalam Al Quran surat Al- Nahl ayat 8. Ironisnya, makhluk-makhluk lain itu punah sebelum kita mengetahui keberadaan dan manfaatnya bagi manusia.

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar (Ar rum 41).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar